Kamis, 17 September 2015

Ketika Batu Bernilai Ekonomis Mulai “Redup”



Beberapa bulan terakhir ini, masyarakat dilanda “demam” batu, sehingga pedagang dan pembeli batu muncul bagaikan jamur di musim hujan. Persoalan batu memang sudah lama dikenal. Bahkan dulunya dikenal dengan zaman batu. Tapi sekarang di era modern ini batu kembali berjaya dan bahkan sudah menjadi pembicaraan khusus di tengah masyarakat, baik di warung kopi (warkop), di kantor, di pos ronda atau pun ditempat-tempat umum lainnya. Mereka selalu berbicara masalah batu, sehingga potensi bebatuan di daerah ini cukup menjanjikan. Apalagi kalau batunya memang memiliki nilai jual tinggi.
Tidak heran jika beberapa pameran batu yang diselenggarakan beberapa instansi baik intansi pemerintah maupun swasta, sehingga batu yang kurang dilirik masyarakat berbubah menjadi batu yang bernilai ekonomis yang tentunya dapat dinikmati oleh masyarakat di daerah ini.

Olehnya itu, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang memiliki batu mulia cukup potensi jika dikelola dengan baik. Pasalnya, banyaknya sumber daya alam yang dimiliki daerah ini dan masih terpendam itu, sehingga membutuhkan suatu pengelolaan yang baik dan profesional agar batu ini dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat terutama bagi pencinta atau penggemar batu mulia.
Berdasarkan beberapa informasi dan hasil diskusi penulis dengan pelaku di bidang batu mulia ini, mereka berpendapat  bahwa di Sulsel ini sangat potensial dalam mengembangkan bisnis batu mulia ini. Apalagi beberapa daerah di Sulsel memiliki batu mulia yang bisa bersaing dengan daerah lain antara lain Kabupaten Enrekang, Kabupaten Barru, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Jeneponto. Kesemuanya itu, memiliki batu yang cukup banyak dan bisa diolah menjadi batu permata yang bernilai ekonomis tinggi dan bersaing di pasaran.
Meski belum diolah secara profesional, tapi masyarakat sudah mengambil sendiri batu mulia ini dari alam dan itu tidak salah jika mereka melakukannya. Namun, yang bisa diberikan pemahaman kepada masyarakat pencinta batu terutama bagi orang yang menjadikan sebagai bisnis agar mengambil bahan baku dari alam tidak sampai merusak lingkungan. Sebab kalau batunya diambil lalu lingkungannya rusak tentunya ini tetap berdampak kepada masyarakat itu sendiri.
Hal tersebut tidak dikehendaki oleh pemerintah dan masyarakat lainnya, sehingga warga yang mengambil batu mulia ini tetap menjaga agar lingkungannya bisa terjaga dari kerusakan. Meski batu yang diambil itu tetap menjadi peluang bisnis, tapi kurang bagus jika ada bahan baku yang bernilai jual tinggi tapi lingkungan rusak.
Olehnya itu, potensi batu mulia di daerah ini cukup menjanjikan jika dikelolah dengan baik. Sebab tanpa adanya kemauan untuk itu, maka potensi itu tetap tidak bisa dimanfaatkan dan hanya setia sebagai sebuah bongkahan batu yang tidak memiliki nilai jual. Jadi peluang inilah yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dapat meningkatkan perekonomiannya, karena bukan hanya penjual batu yang merasakan dampaknya, tapi disekelilingnya bisa juga merasakannya. Misalnya, ada penjual batu baik dalam bentuk bongkahan maupun sudah dalam bentuk cincin dan disebelahnya ada penjual makanan, maka penjual makanan ini pula mendapat rezeki dari adanya penjual batu tersebut.
Sebab semua yang nongkrong di sekitar penjual batu itu pasti makan jika lapar, sehingga imbasnya dalam sebuah batu itu cukup besar. Begitupula dengan penjual kopi yang ada disekitar tempat itu. Jadi dengan adanya batu mulia yang terangkat dari bawah tanah ini, maka dampak positifnya akan terasa oleh masyarakat.
Akan tetapi dengan maraknya batu mulia yang tiba-tiba memiliki nilai jual, maka pemerintah pun tidak tinggal diam. Pasalnya, dengan berkembangnya penjualan batu di tengah masyarakat ini, maka pemerintah pun mewacanakan untuk mengenakan pajak batu mulia kepada masyarakat, tapi itu sebenarnya belum bisa dilakukan lantaran masyarakat baru memulai untuk bergelut dengan batu mulia ini.
Jangan sampai terlalu cepat mengambil tindakan untuk mengenakan pajak lalu masyarakat kendor atau mundur dari bisnis ini. Padahal potensi batu di daerah ini cukup besar dan menjanjikan sehingga ini yang harus diperhatikan. Jadi pemerintah diharapkan jangan terlalu cepat untuk terlibat dalam penanganan batu mulia ini, karena animo masyarakat yang sedang tinggi saat ini akan bisa turun dan kembali seperti semula.
Hal tersebut dapat dibuktikan, meski banyak dilakukan pameran batu akan tetapi masyarakat sudah mulai menurun tentang kepemilikan batu, sehingga di jalan-jalan yang tadinya ramai dikunjungi orang, sekarang sudah mulai berkurang. Adanya penurunan ini membuktikan bahwa masyarakat itu sudah mulai jenuh dan itu pun belum diterapkan aturan tentang adanya pajak batu. Apalagi kalau sudah dikenakan pajak oleh pemerintah, maka penggemar batu itu langsung gulung tikar.
Memang diakui bahwa beberapa kabupaten di Sulsel memiliki batu mulia yang punya potensi batuan dan permatanya cukup besar. Jadi kemauan masyarakat yang tiba-tiba bergairah ini harus dipupuk agar potensi yang terpendam ini bisa dikelolah dengan baik, sehingga daerah ini dikenal kaya akan sumber daya alam baik dalam negeri maupun manca Negara.
Jadi Sulsel memiliki potensi batu mulia seperti berlian, rubi, intang, blu safir, merah delima dan sebagainya yang sangat menjanjikan. Kalau kita maksimalkan tentunya besar pengaruhnya bagi pemasukan daerah. Misalnya  Batu sisik naga yang ada di Enrekang dan itu tergolong memiliki kualitas yang cukup bagus. Wajar saja jika penggemar batu ini memburu barang-barang tersebut untuk dijadikan sebagai hiasan atau apa saja sesuai dengan individunya.
Bahkan ada batu akik giok bergambar naga dengan harga Rp 18 miliar. Hal ini sah-sah saja dan tidak ada bisa menghalangi karena itu tergantung kesepakatan antara pembeli dan penjual. Jika mereka cocok itu bisa saja diambil.
Olehnya itu, potensi batu di Sulsel ini sedapat mungkin bisa dikelola degan baik dan tidak merusak lingkungan bila mengambil bahan bakunya, disamping pajak sebaiknya jangan dulu diberlakukan agar masyarakat tetap bergairah melakukan bisnis yang bernilai ekonomis ini. Sebab kalau itu dilakukan maka besar kemungkinan akan menurun dan bahkan redup. Semoga !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar