Kamis, 17 September 2015

ISIS, Ekonomi, dan Kekerasan



Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju sehingga apapun kejadian di dunia seketika dapat langsung diketahui. Perkembangan itu menujukkan bahwa hampir tidak ada jarak lagi antara negara yang satu dengan negara lainnya. Wajar saja jika semua orang tidak bisa lagi disembunyikan mengenai perkembangan yang terjadi di dunia.

Begitupula dengan informasi Negara Islam di Suriah dan Irak atau ISIS yang merupakan salah satu organisasi dari luar negeri yang sedang menjalankan aksinya. Meski organisasi ini ditentang dunia karena pahamnya yang tidak sejalan dengan paham yang selama ini diketahui oleh masyarakat. Bahkan organisasi ini dilarang berdiri di Indonesia sehingga pihak aparat memperketat penjagaan jangan sampai ada yang muncul di tanah air.
Namun, belakangan ini beberapa orang dari Indonesia siap untuk bergabung di ISIS. Mereka bergabung melalui perantara dari negara lain yang telah menanamkan jaringan di Indonesia. Seperti halnya penangkapan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri karena ingin bergabung di ISIS.
Bukan hanya itu, tapi juga di Sulsel ada warga yang sudah menjual rumahnya demi untuk bergabung di ISIS. Hal tersebut menjadi perhatian kita semua sebab semakin dilarang terbentuknya cabang ISIS di Indonesia tapi semakin banyak saja yang tertarik untuk bergabung. Hal ini diakui bahwa “magnet” ISIS yang dilemparkan ke tengah masyarakat di dunia semakin memberi harapan kepada orang yang ingin bergabung.
Meski kita ketahui bahwa perlakuan ISIS telah membuka mata kita yang menyimpang dan melakukan kekerasan terhadap para tawanannya. Seperti halnya warga Negara Jepang yang dihukum pancung oleh ISIS. Hal itu menunjukkan bahwa aksi yang dipertontonkan organisasi ini merupakan hal yang patut diwaspadai lantaran tidak berprikemanusiaan. Sebab mereka tidak segan-segan membunuh orang yang dianggap sebagai musuhnya sehingga ISIS di tanah air sangat dilarang dan dianggap organisasi yang harus ditumpas.
Akan tetapi kenyataan dilapangan, semakin gencar pemerintah untuk menghalangi atau memusuhi ISIS tapi semkain banyak yang tertarik. Apakah ini karena adanya informasi atau tawaran yang dikeluarkan oleh ISIS bahwa siapa saja yang ingin bergabung dan menjadi pejuang ISIS, maka digaji sebesar Rp 20 juta hingga 150 juta per bulan. Melihat angka ini, maka siapapun bisa tergiur dengan gaji yang ditawarkan tersebut.
Hal ini membuktikan bahwa negara ini masih memiliki kelemahan yaitu ekonomi. Karena kalau berbicara masalah ekonomi tentunya siapa saja bisa tergiur. Bisa dibayangkan ISIS saja yang nyata-nyata tidak segan-segan membunuh orang  tapi mereka semakin banyak yang simpati dengan alasan jihad. Padahal, sebenarnya bukan tujuan untuk berjihad karena prilaku dan sepak terjangnya tidak sesuai dengan norma-norma agama.
Akan tetapi, orang semakin banyak yang ingin bergabung. Hal ini membuktikan bahwa magnet ISIS terhadap semua orang semakin kencang terutama bagi generasi muda. Bukan hanya laki-laki saja yang tertarik ingin bergaung di ISIS tapi juga perempuan juga tertarik sehingga ini merupakan upaya yang perlu diwaspadai. Apalagi generasi muda yang memiliki pemikiran masih labil dan sangat mudah terpengaruh atau tergoda. Meski mereka tahu bahwa itu sangat tidak bagus, tapi kalau sudah dirayu maka itu bisa saja tidak sempat lagi berfikir jernih, tapi karena iming-iming yang selalu dinanti, sehingga ramai-ramai untuk bergabung.
Olehnya itu, pihak yang berwenang harus benar-benar mewaspadai gerakan ISIS di tanah air, karena tawaran ISIS ini membuat orang semakin menarik simpati kepadanya. Meskipun selalu berbuat kejam dan kekerasan tapi itu hanya dipandang sebagai perbuatan biasa saja lantaran matanya digelapkan dengan tawaran yang dijanjikan itu.
Dengan demikian, maka ISIS sebagai organisasi terlarang itu harus diwaspadai keberadaannya sebab petugas bisa saja kecolongan kalau terlalu sibuk dengan urusan yang lainnya. Buktinya banyak warga Indonesia yang telah bergabung tanpa diketahui oleh petugas. Apalagi donatur ISIS semakin gencar mencari orang untuk diberangkatkan ke negara asal ISIS.
Jadi  keberadaan organisasi ini sangat rapi dalam merekrut anggota, sebab banyak yang bergabung tapi tidak terlacak oleh petugas. Nanti hilang baru ketahuan bahwa mereka sudah bergabung. Hal ini membuktikan bahwa perangkat sensor atau petugas yang menangani  pelintas batas termasuk imigrasi ini masih perlu diperkuat (diperketat). Sebab bergabungnya generasi muda ini di ISIS membuktikan bahwa petugas di bidangnya masing-masing masih lemah karena masih muda dimasuki oleh orang lain tanpa ketahuan.
Bahkan pemerintah langsung membuat wacana untuk membentuk perpu tentang adanya warga Negara Indonesia yang bergabung di ISIS. Namun wacana tersebut memunculkan berbagai tanggapan dikalangan para pejabat. Salah satunya dari Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya menilai tidak tepat wacana penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) untuk menyikapi bergabungnya warga Indonesia dengan kelompok radikal ISIS.  (Kompas.com).
Olehnya itu, sebagai negara hukum tentunya kita tidak serta merta membuat wacana yang bisa membingunkan masyarakat. Mestinya yang harus diperkuat disini adalah intel dan pengamanan diseluruh pintu-pintu yang keluar dari negara ini agar semuanya bisa terperotek tanpa ada yang dirugikan secara finansial.
Mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini bisa ditarik hikma agar persoalan organisasi ISIS yang menjadi pembicaraan semua kalangan agar selalu waspada dan sadar akan gerakan ini. Namun ini juga perlu dipertegas bahwa janji ISIS kepada semua orang yang ingin bergabung dengan mendapatkan puluhan juta rupiah itu hanya trik nya saja agar banyak yang tertarik.
Semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua dengan kejadian-kejadian yang dipertontonkan oleh ISIS agar kita sadar dengan  sepak terjangnya. Meski secara ekonomi sangat menggiurkan, tapi karena kekerasan yang ditonjolkan sehingga ini harus diwaspadai. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar