Rabu, 30 September 2015

Dicari Kepala Daerah Peduli Perikanan Kelautan



Pesta demokrasi atau pemilukada yang tidak lama lagi digelar di Sulawesi Selatan (Sulsel), merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu masyarakat. Pasalnya, pesta demokrasi ini yang secara serentak dilaksanakan di  10 kabupaten Kota di Sulsel membuat pihak penyelenggara harus kerja ekstra. Penaggungjawab pilkada ini tidak lain adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) kabupaten/kota sehingga segala sesuatunya harus sepengetahuan mereka terutama bagi proses kampanye.

Seperti halnya dengan alat praga kampanye yang masih menjadi buah bibir lantaran belum rampung sementara calon bupati/wakil bupati sudah melakukan kampanye. Memang diakui bahwa pemilihan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab pada masa kampanye dibuatkan jadwal khusus dan sebelum sampai waktunya mereka dilarang untuk melakukan kampanye.
Akan tetapi sekarang ini lain, para calon sudah bisa melakukan kampanye sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, meski alat kampanye atau alat praga tetap berasal dari KPU, tapi itu bukan suatu halangan bagi peserta calon bupati/waki bupati di daerah ini untuk memulai kampanyenya. Padahal pencoblosan terbilang masih ada kurang lebih dua bulan kedepan.
Olehnya itu, pada masa kampanye ini masyarakat juga harus pintar-pintar memilih pasangan calon yang bakal menahkodai nantinya daerah masing-masing pemilihan. Sebab banyak calon yang melakukan kampanye itu memiliki retorika atau cerita yang cukup tinggi, namun setelah duduk di kursi empuk sangat jarang yang merealisasikan janjinya saat mereka masih kampanye.
Dengan demikian, maka masyarakat harus cerdas dalam menjatuhkan pilihannya, terutama bagi daerah-daerah yang memiliki potensi perikanan dan kelautan. Mestinya masyarakat harus mencoba melihat siapa kira-kira calon bupati/wakil bupati yang peduli masalah perikanan dan kelautan. Apalagi kalau memang daerahnya itu potensi untuk sektor itu maka harus mereka perhatikan. Akan tetapi kalau potensi kelautannya cukup memadai tapi tidak menggubris potensi tersebut, maka masyarakat seharusnya berfikir dalam menetapkan pilihannya.
Memang diakui bahwa untuk memilih orang yang peduli sektor kelautan dan perikanan sangat jarang sebab rata-rata sudah tergembleng dengan masalah politik, sementara masalah sumber daya alam itu tergolong susah dan sangat jarang ditemui orang-orang yang akan peduli sektor ini. Padahal, kalau sektor perikanan dan kelautan dikelolah dengan baik tentunya itu bisa mensejahterakan masyarakat.
Olehnya itu, pemilihan kepala daerah secara serentak dilakukan pada tanggal 9 Desember 2015 akan datang merupakan sesuatu yang lain dari biasanya. Sebab masyarakat atau para calon yang tinggi “kalasinya” tidak bisa lagi  melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji dengan cara “memboyong” orang dari daerah lain untuk disebarkan pada daerah tertentu demi untuk memenangkan dirinya.
Adanya pemilihan yang bersamaan dilakukan ini merupakan pelajaran yang berharga bagi semua pihak lantaran salah satu keuntungannya adalah “menguji” kejujuran bagi masyarakat yang ingin menyalurkan aspirasinya tanpa menunggu adanya penjemputan dari daerah lain untuk memperkuat calon tertentu di daerah lain pula. Tapi sekarang ini bagaimana masyarakat benar-benar fokus tentang perikanan dan kelautan. Sebab ada calonnya masing-masing telah diunggulkan terutama bagi yang telah memiliki calon tetap.
Namun demikian, maka mulai sekarang harus benar-benar  bisa memanfaatkan waktu dan peluang yang benar-benar bisa membawa keberuntungan bagi daerahnya bila calon tersebut dipilih. Jangan sampai salah pilih maka yang menanggung akibatnya adalah masyarakat itu sendiri. Jadi mulai sekarang masyarakat harus jeli melihat calon yang mana akan dipilihnya sehingga daerahnya bisa berkembang.
Kalau itu memang potensi daerahnya adalah masalah pertanian, maka bisa dipilih orang yang tahu persis masalah pertanian. Jangan lagi memilih orang yang bukan ahlinya. Sebab kapan suatu daerah bisa berkembang kalau bukan orang yang benar-benar tahu dan paham seluk beluk ilmunya. Begitupula dengan masalah perikanan dan kelautan yang memang paham akan kelautan dan perikanan, maka itulah yang harus dipilih.
Tapi kalau calonnya kebetulan tidak ada yang masuk disiplin ilmu tersebut, maka tentunya bisa dilihat sampai dimana kemampuan dalam memberikan  ulasannya. Sebab sekarang ini sudah banyak calon bupati/wakil bupati yang berpendidikan tinggi sehingga sedikit banyaknya sudah tahu tentang hal itu. Akan tetapi kalau dalam masa kampanye tidak pernah disinggung masalah potensi daerahnya, maka itu tidak perlu dipilih lantaran hanya memberikan cerita yang tidak masuk akal.
Olehnya itu, pemilihan yang berlangsung di bulan Desember 2015 nanti akan menjadi ajang penentuan dalam menahkodai daerah pemilihannya masing-masing lima tahun ke depan. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa pilkada serentak ini tetap memiliki untung rugi di tengah masyarakat. Jadi pelaksana tugas bupati di daerah pemilihan juga menjadi penentu jalannya pilkada ini. Sebab pada hari-hari terakhir biasanya terjadi “serangan fajar”, sehingga masyarakat yang sudah menetapkan calonnya itu terkadang “goyah” lantaran terbuai dengan uang.
Apalagi ada anggapan di tengah masyarakat bahwa kalau bukan sekarang diambil uangnya, maka tidak ada lagi peluang dimasa akan datang. Sebab kalau sudah duduk di tempatnya maka semua janjinya itu dilupakan. Jadi siapa saja yang bisa memberikan sesuatu pada masyarakat pasti berfikir, meski sekarang ini masyarakat itu sudah banyak cerdas, tapi apalah artinya kecerdasan jika masih digoda oleh iblis alias syetan dengan uang sudah ditangan. Apalagi kalau jumlahnya sudah ratusan ribu, siapa yang menolaknya ?
Jadi meskipun masyarakat sudah cerdas akan pentingnya calon pemimpin daerah masing-masing tapi kerap terpengaruh dengan silaunya “si bunga mawar”, sehingga tidak jarang masyarakat tergoda akan silauan tersebut. Jadi bisa dikatakan bahwa pemilihan serentak ini tetap menjadi ajang “perang” modal, siapa yang tebal modalnya maka kemungkinan besar itu bisa terpilih. Meski di dalam hati masyarakat terkadang bertentangan terutama jika program kerjanya tidak berjalan, maka banyak masyarakat yang menggerutu alias menyesal, tapi itulah politik….
Mudah-mudahan masyarakat benar-benar bisa menetapkan calonnya terutama bagi yang peduli perikanan kelautan bagi daerah pemilihan yang potensi akan kelautan di daerah masing-masing. Semoga !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar