Belum lama ini kunjungan Presiden RI
Joko Widodo ke Makassar merupakan angin segar bagi daerah ini. Pasalnya,
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo telah mencanangkan sejumlah proyek besar
yang menjadi andalan dalam mengembangkan
Kota Makassar pada Khususnya dan Sulawesi Selatan (Sulsel) pada umumnya,
sehingga proyek ini mau atau tidak harus segera diselesaikan.
Akan tetapi dari sejumlah proyek
tersebut tampaknya tidak bisa selesai tanpa adanya campur tangan orang nomor
satu di negeri ini. Namun atas kunjungan presiden ini suatu pertanda
bahwa proyek tersebut bakal terselesaikan melalui bantuan dana APBN. Meski
tidak secara tidak langsung tapi itu sudah pasti akan dibantu.
Persoalannya mega proyek yang
dicanangkan ini adalah Wisma Negara, Stadion Barombong, Jalan Layang Poros
Maros-Bone, Kereta Api Trans Sulawesi Jalan Makassar-Parepare dan Underpras Simpang
Lima Bandara. Akan tetapi yang menjadi
pertanyaan adalah pembangunan Wisma Negara yang telah mulai dibangun
pada tahun 2009 lalu dan hingga kini belum ada tanda-tadan kapan akan selesai.
Wisma negara yang berada di kawasan
Center Point of Indonesia (CPI) yang dicanangkan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin
Limpo sejak tahun 2009. Namun hingga saat ini sepertinya tidak ada perubahan (kemajuan) yang
bisa dilihat dengan mata. Wisma Negara ini membutuhkan anggaran sebesar Rp 549
Miliar, sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulsel
yang tersedia baru Rp 65 miliar, sedangkan dari APBN belum ada satu sen pun.
Melihat anggaran yang tersedia dari APBD
ini masih jauh dari kebutuhan, sehingga mau atau tidak harus ada campur tangan
pemerintah pusat untuk melihat pembangunan Wisma Negara ini selesai. Akan
tetapi dari informasi yang berkembang di tengah masyarakat bahwa meskipun
Presiden telah berkunjung ke Makassar yang sudah pasti bahwa sudah mendapat
informasi langsung tentang pembangunannya, namun Presiden ini tidak
menggubrisnya dengan serius. Malah sebaliknya yaitu kurang perhatian dan bahkan
kabarnya akan membatalkannya proyek tersebut.
Sebab Wisma Negara ini dianggap hanya “pemborosan”
dan tidak banyak bermanfaat kepada masyarakat luas. Bisa dibayangkan kalau Presiden
berkunjung ke Sulsel dan itu pun tidak serta merta langsung bermalam ke Wisma Negara
karena waktunya sangat terbatas sehingga Joko Widodo menanggapinya sebagai
pembangunan yang belum bisa dilanjutkan alias dibatalkan. Entah rumor ini benar
atau tidak karena beberapa orang telah mengungkapkannya bahwa proyek itu akan dibatalkan.
Nah, kalau sudah mendapat respon seperti
ini maka tentunya ini menjadi pekerjaan berat bagi seorang Gubernur Sulsel
apakah mau diselesaikan atau dibatalkan saja. Semenetara kalau mau dilanjutkan
itu membutuhkan ratusan miliar untuk penyelesaiannya. Sementara kalau dibatalkan
tentunya ini menjadi preseden buruk karena apa yang diprogramkan itu tidak
mampu diselesaikan, sehingga tanggapan masyarakat tentunya miring juga lantaran
program gubernur ini tidak bisa direalisasikan.
Olehnya itu, pembangunan Wisam Negara
ini merupakan salah satu uji kecepatan dalam menjalankan tugas lantaran apa
yang dicanangkan ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat. Padahal pembangunannya sudah lama dimulai. Apakah ini
hanya retorika atau hanya untuk menyenangkan masyarakat. Kalau memang tidak mampu
mewujudkannya itu tidak perlu diprogramkan karena gubernur itu memiliki masa
jabatan terbatas. Jika sudah sampai waktunya untuk tidak menjabat lagi maka itu
sudah pasti bahwa pelanjutnya belum tentu meliriknya, karena mereka juga telah
memiliki program tersendiri.
Nah, kalau memang masih mau dilanjutkan
maka mulai sekarang melakukan berbagai terobosan untuk mempercepat
pembangunannya karena waktu berjalan terus dan tidak terasa jabatan gubernur
akan berakhir. Kalau ini digenjot masih sangat memungkinkan apakah melalui
bantuan pada donatur (pengusaha) ataukah pemerintah pusat tetap diloby sehingga
luluh hatinya untuk memberikan bantuan/anggaran melalui dana APBN. Kalau ini
tidak diseriusi maka Wisma Negara hanya tinggal nama dan menjadi kenangan saja
dalam benak masyarakat Sulsel bahwa sejatinya akan dibangun Wisma Negera di kawasan
CPI ini tapi anggarannya tidak cukup sehingga dibatalkan.
Hal ini menjadi pembicaraan sepanjang
sejarah, sehingga waktu tidak ada habisnya untuk membicarakannya. Setiap orang
yang berkunjung di kawasan CPI ini pasti terlintas dan mempertanyakan bahwa
katanya pernah akan dibangun Wisma Negara, tapi tidak jadi. Makanya ini
merupakan pertaruhan yang harus segera direalisasikan. Sebagai penulis dan
mengenal betul sosok Gubernur Sulsel Syahrul
Yasin Limpo, maka apa pun yang akan diprogramkan untuk pembangunannya itu pasti
dapat diselesaikan sebelum masa jabatannya berakhir. Meski banyak orang sana
sini selalu mepertanyakan kinerjanya khusunsya pembangunan Wisma Negara ini,
tapi yakin saja bahwa semua itu bisa terselesaikan tanpa ada yang dirugikan.
Kalau memang pemerintah pusat tidak akan
membiayai atau membatalkan bantuannya, maka pemerintah Sulsel harus berupaya
agar nama baik daerah ini tetap terjaga. Mari kita pikirkan bersama dan
berjuang bersama demi mempertahankan nama baik daerah. Terutama bagi pengusaha
yang ada di luar Sulsel, karena sedikit banyaknya pasti selalu dibicarakan
bahwa orang Sulsel tidak mampu menyelesaikan sesuatu kalau sudah mulai membangun.
Persoalan ini bukan lagi kita lihat
bahwa itu hanya maunya gubenrnur, tapi demi kemaslahatan orang banyak. Bisa
dibayangkan kalau Wisma Negara ini berdiri kokoh di pesisir pantai tentunya
daerah ini yang terangkat namanya. Kita tidak perlu berpikir yang picik, tapi
marilah kita berfikir yang posistif agar apa yang dicanangkan pemerintah di
daerah ini segera dapat terwujud demi untuk kita semua.
Mudah-mudahan kabar pembangunan Wisma
Negara ini tidak tertelan oleh masa, sebab kapan tidak selesai tentunya ini
menjadi pekerjaan rumah yang tidak nyaman bagi pejabat di daerah ini termasuk
masyarakatnya. Semoga apa yang dicanangkan pemerintah daerah ini berjalan
sesuai dengan targetnya. Semoga Wisma Negara tetap bediri kokoh !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar