Pesta demokrasi atau pemilukada yang
tidak lama lagi digelar di Sulawesi Selatan (Sulsel), merupakan salah satu hal
yang ditunggu-tunggu masyarakat. Pasalnya, pesta demokrasi ini yang secara
serentak dilaksanakan di 10 kabupaten
Kota di Sulsel membuat pihak penyelenggara harus kerja ekstra. Penaggungjawab
pilkada ini tidak lain adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) kabupaten/kota
sehingga segala sesuatunya harus sepengetahuan mereka terutama bagi proses
kampanye.
Seperti halnya dengan alat praga
kampanye yang masih menjadi buah bibir lantaran belum rampung sementara calon
bupati/wakil bupati sudah melakukan kampanye. Memang diakui bahwa pemilihan
kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab pada masa kampanye
dibuatkan jadwal khusus dan sebelum sampai waktunya mereka dilarang untuk
melakukan kampanye.
Akan tetapi sekarang ini lain, para
calon sudah bisa melakukan kampanye sesuai dengan keinginan mereka
masing-masing, meski alat kampanye atau alat praga tetap berasal dari KPU, tapi
itu bukan suatu halangan bagi peserta calon bupati/waki bupati di daerah ini
untuk memulai kampanyenya. Padahal pencoblosan terbilang masih ada kurang lebih
dua bulan kedepan.
Olehnya itu, pada masa kampanye ini masyarakat
juga harus pintar-pintar memilih pasangan calon yang bakal menahkodai nantinya
daerah masing-masing pemilihan. Sebab banyak calon yang melakukan kampanye itu
memiliki retorika atau cerita yang cukup tinggi, namun setelah duduk di kursi
empuk sangat jarang yang merealisasikan janjinya saat mereka masih kampanye.
Dengan demikian, maka masyarakat harus
cerdas dalam menjatuhkan pilihannya, terutama bagi daerah-daerah yang memiliki
potensi perikanan dan kelautan. Mestinya masyarakat harus mencoba melihat siapa
kira-kira calon bupati/wakil bupati yang peduli masalah perikanan dan kelautan.
Apalagi kalau memang daerahnya itu potensi untuk sektor itu maka harus mereka
perhatikan. Akan tetapi kalau potensi kelautannya cukup memadai tapi tidak
menggubris potensi tersebut, maka masyarakat seharusnya berfikir dalam
menetapkan pilihannya.
Memang diakui bahwa untuk memilih orang
yang peduli sektor kelautan dan perikanan sangat jarang sebab rata-rata sudah
tergembleng dengan masalah politik, sementara masalah sumber daya alam itu
tergolong susah dan sangat jarang ditemui orang-orang yang akan peduli sektor
ini. Padahal, kalau sektor perikanan dan kelautan dikelolah dengan baik tentunya
itu bisa mensejahterakan masyarakat.
Olehnya itu, pemilihan kepala daerah
secara serentak dilakukan pada tanggal 9 Desember 2015 akan datang merupakan sesuatu
yang lain dari biasanya. Sebab masyarakat atau para calon yang tinggi
“kalasinya” tidak bisa lagi melakukan
tindakan-tindakan yang kurang terpuji dengan cara “memboyong” orang dari daerah
lain untuk disebarkan pada daerah tertentu demi untuk memenangkan dirinya.
Adanya pemilihan yang bersamaan
dilakukan ini merupakan pelajaran yang berharga bagi semua pihak lantaran salah
satu keuntungannya adalah “menguji” kejujuran bagi masyarakat yang ingin
menyalurkan aspirasinya tanpa menunggu adanya penjemputan dari daerah lain
untuk memperkuat calon tertentu di daerah lain pula. Tapi sekarang ini
bagaimana masyarakat benar-benar fokus tentang perikanan dan kelautan. Sebab ada
calonnya masing-masing telah diunggulkan terutama bagi yang telah memiliki
calon tetap.
Namun demikian, maka mulai sekarang
harus benar-benar bisa memanfaatkan
waktu dan peluang yang benar-benar bisa membawa keberuntungan bagi daerahnya
bila calon tersebut dipilih. Jangan sampai salah pilih maka yang menanggung
akibatnya adalah masyarakat itu sendiri. Jadi mulai sekarang masyarakat harus
jeli melihat calon yang mana akan dipilihnya sehingga daerahnya bisa
berkembang.
Kalau itu memang potensi daerahnya
adalah masalah pertanian, maka bisa dipilih orang yang tahu persis masalah
pertanian. Jangan lagi memilih orang yang bukan ahlinya. Sebab kapan suatu
daerah bisa berkembang kalau bukan orang yang benar-benar tahu dan paham seluk
beluk ilmunya. Begitupula dengan masalah perikanan dan kelautan yang memang
paham akan kelautan dan perikanan, maka itulah yang harus dipilih.
Tapi kalau calonnya kebetulan tidak ada yang
masuk disiplin ilmu tersebut, maka tentunya bisa dilihat sampai dimana kemampuan
dalam memberikan ulasannya. Sebab sekarang
ini sudah banyak calon bupati/wakil bupati yang berpendidikan tinggi sehingga
sedikit banyaknya sudah tahu tentang hal itu. Akan tetapi kalau dalam masa kampanye
tidak pernah disinggung masalah potensi daerahnya, maka itu tidak perlu dipilih
lantaran hanya memberikan cerita yang tidak masuk akal.
Olehnya itu, pemilihan yang berlangsung
di bulan Desember 2015 nanti akan menjadi ajang penentuan dalam menahkodai
daerah pemilihannya masing-masing lima tahun ke depan. Hal tersebut tidak bisa
dipungkiri bahwa pilkada serentak ini tetap memiliki untung rugi di tengah
masyarakat. Jadi pelaksana tugas bupati di daerah pemilihan juga menjadi penentu
jalannya pilkada ini. Sebab pada hari-hari terakhir biasanya terjadi “serangan
fajar”, sehingga masyarakat yang sudah menetapkan calonnya itu terkadang “goyah”
lantaran terbuai dengan uang.
Apalagi ada anggapan di tengah masyarakat
bahwa kalau bukan sekarang diambil uangnya, maka tidak ada lagi peluang dimasa
akan datang. Sebab kalau sudah duduk di tempatnya maka semua janjinya itu
dilupakan. Jadi siapa saja yang bisa memberikan sesuatu pada masyarakat pasti
berfikir, meski sekarang ini masyarakat itu sudah banyak cerdas, tapi apalah
artinya kecerdasan jika masih digoda oleh iblis alias syetan dengan uang sudah
ditangan. Apalagi kalau jumlahnya sudah ratusan ribu, siapa yang menolaknya ?
Jadi meskipun masyarakat sudah cerdas
akan pentingnya calon pemimpin daerah masing-masing tapi kerap terpengaruh
dengan silaunya “si bunga mawar”, sehingga tidak jarang masyarakat tergoda akan
silauan tersebut. Jadi bisa dikatakan bahwa pemilihan serentak ini tetap
menjadi ajang “perang” modal, siapa yang tebal modalnya maka kemungkinan besar itu
bisa terpilih. Meski di dalam hati masyarakat terkadang bertentangan terutama
jika program kerjanya tidak berjalan, maka banyak masyarakat yang menggerutu
alias menyesal, tapi itulah politik….
Mudah-mudahan masyarakat benar-benar
bisa menetapkan calonnya terutama bagi yang peduli perikanan kelautan bagi
daerah pemilihan yang potensi akan kelautan di daerah masing-masing. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar