Kemajuan teknologi
dewasa ini tidak terbendung lagi, sehingga mau atau tidak memaksa masyarakat
mengikutinya. Teknologi ini pun dianggap dapat merubah sesuatu yang lebih baik
lagi. Wajar saja jika perubahan ini juga menimbulkan kekurangan dan kelebihan.
Pastinya bahwa perubahan pasti terjadi, sehingga masyarakat harus menyiapkan
diri untuk mengikuti perkembangan teknologi. Kapan masyarakat bermalas-malasan
atau merasa membodohi diri sendiri maka akan terlibas dengan sendirinya.
Teknologi ini pun
menyerang sendi-sendi kehidupan masyarakat sehingga diharapkan butuh kesiapan
atau mental untuk menghadapi semua ini. Sebab kalau hanya tahunya
bermalas-malasan maka akan tertinggal. Sebab teknologi tidak ada kekuatan yang
dapat membendungnya. Semua serba teknologi, sehingga perlu mental dan kesiapan untuk
menghadapinya.
Oleh karena itu, dampak
salah satu teknologi yang ada di tengah masyarakat adalah adanya angkutan on
line yang digagas oleh salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
angkutan. Mobil atau kendaraan on line ini sudah masuk di tengah-tengah masyarakat
sehingga memaksa pemilik kendaraan umum atau pete-pete di Makassar harus
melihat. Meski para sopir angkot dan bentor merasa tidak puas dengan keberadaan
taksi on line (kendaraan on line) ini, sehingga menimbulkan rasa kecemburuan.
Wajar saja kalau keberadaan kendaraan on
line ini dan kendaraan umum dalam kota
(pete-pete dan bentor) tidak terima, karena mereka merasa lahannya diambil alih
oleh kendaraan on line.
Keberadaan kendaraan on
line menjadi bumerang bagi sopir angkot dan bentor, sehingga menimbulkan rasa
ketidakpuasan yang berujung dengan melakukan protes dengan cara turun ke jalan
melakukan aksi demonstrasi atau berunjuk rasa.
Unjuk rasa yang dilakukan para sopir angkot dan bentor di Kota Makassar yang berlangsung Rabu 1
November 2017 merupakan puncak kegelisahan mereka karena pemerintah dianggap
kurang perhatikan dan tidak ada solusi untuk para sopir pete-pete.
Sopir ini langsung
berunjuk rasa dan menempati titik-titik tertentu yang sudah diatur dan
dikoordinir masing-masing oleh penanggungjawab demo. Mereka “melumpuhkan” jalan
sehingga kendaraan umum (pete-pete) tidak ada yang beroperasi untuk menuntut
kendaraan on line agar berhenti beroperasi di Kota Makassar. Mereka tidak
tanggung-tanggung dalam melancarkan aksi demonya. Semua yang dicurigai langsung
diperiksa dan digembosi. Bahkan ada salah satu mobil pribadi yang disangka
adalah taksi on line terpaksa hancur lantaran dilempari batu dan sopirnya
terluka.
Kejadian ini membuat orang merasa tidak simpati karena
aksi demo yang sebelumnya sudah sepakat turun jalan dengan aksi damai. Akan
tetapi kenyataan di lapangan, aksi tersebut malah menjadi anarkis. Hal ini
tidak sepantasnya dilakukan oleh para demonstran itu. Karena semua adalah
manusia. Bisa melakukan aksi demoa tapi jangan merusak. Karena mobil itu adalah
benda mati yang tidak tahu masalah. Jika mobilnya tusak tentunya membutuhkan
biaya yang besar sementara keluarganya di rumah menunggu uang belanja. Bisa
demo tapi jangan merusak karena kalau sudah rusak tentunya ini npertanda bahwa
kita tidak bertindak sebagai manusia normal, tapi sudah melebihi dari manusia
biasa.
Memang diakui bahwa
demo yang dilakukan para sopir angkot ini tidak salah karena memang begitulah
Negara demokrasi. Bisa menyampaikan pendapat atau unek-uneknya lewat aksi demo,
tapi bukan merusak. Akan tetapi aksi yang berlangsung di Makassar ini sudah
tidak terkendali lagi. Hal ini tidak terlepas dengan kemajuan teknologi, karena
taksi on line sudah menerapkan sistem teknologi karena adanya aplikasi di hand
phone (HP), sehingga yang menjalankan taksi on line adalah orang-orang yang
mengerti teknologi dan ingin melakukan perubahan.
Kemajuan teknologi itu
harus diterima, karena perubahan pasti terjadi sehingga para sopir pete-pete
ini tidak seharusnya merasa cemburu atau terganggu karena rezeki itu sudah
diatur oleh Allah WST, sehingga tidak boleh ada rasa cemburu. Kalau memang mau
meningkat ya sopir angkot ini harusnya merubah pola pikirnya dan belajar mengetahui
teknologi lebih jauh lagi agar bisa menjalankan sesuai dengan taksi on line
ini. Pasalnya, kemajuan suatu daerah itu pasti terjadi sehingga mental dan kesiapan segalanya harus
siap melakukannya.
Jadi perubahan itu
tidak ada yang bisa melawan. Semua bisa berubah dalam waktu sekejap. Olehnya
itu, perlunya ada adaptasi agar perkembangan teknologi ini bisa diikuti
sehingga ke depan apapaun perubahan yang terjadi di tengah masyarakat dapat
diterimanya. Namun, kalau kita tidak siap menerima perubahan itu maka kita akan
terlibas dengan sendirinya. Semua bisa berubah tinggal bagaimana orang pintar
dalam mengikuti perubahan itu.
Oleh karena itu, aksi
demo yang dilancarkan sopir pete-pete ini bukanlah solusi untuk menuntut
kemauan atau tuntutannya. Semoga aksi semacam ini tidak terulang lagi karena
itu bisa mencederai nama Kota Makassar yang selalu berunjuk rasa. Mudah-mudahan aksi ini menjadi catatan dan
perhatian pemerintah agar semua yang melancarkan provokasi diberi pemahaman
agar semua pat dmenahan diri sambil mencari solusinya. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar