Hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa
bangsa Indonesia akan memperingati lagi hari ulang tahunnya yang ke 72 tahun
2017. Melihat perjalanan waktu yang
begitu panjang sehingga tidak salah jika Negara sudah tergolong dewasa dalam
menyikapi berbagai persoalan yang ada. Artinya kita merdeka selama 72 tahun
sehingga kedewasaan itu perlu dicerminkan kepada generasi muda. Kita merdeka
dalam segala hal sehingga siapapun yang akan mencoba merongrong Negara ini
harus dilawan.
Namun perlu diingat bahwa apakah
kita benar sudah merdeka ? Jika melihat
tahun yang sudah dilewatinya itu memang benar adanya bahwa bangsa dan Negara
ini kita sepakat sudah merdeka. Akan tetapi masih banyak persoalan yang belum
bisa diselesaikan sehingga ada juga yang berpendapat bahwa kita sebenarnya
belum merdeka sepenuhnya walau sudah menempuh perjalanan yang cukup panjang.
Buktinya banyak persoalan kenegaraan atau pemerintahan yang terkesan belum
dapat diselesaikan.
Salah satunya adalah persoalan
pangan atau beras, persoalan garam yang terjadi kelangkaan. Mana lagi persoalan
politik yang hingga kini masih sering terjadi adu argumentasi antara satu
instasi atau pejabat dengan pejabat lainnya. Belum lagi persoalan narkoba yang
semakin hari semakin tidak terkendali. Bahkan ada indikasi bahwa Indonesia
adalah Negara yang paling empuk dijadikan sebagai sasaran penjualan atau
penyelundupan narkoba. hal tersebut terbukti lantaran sabu-sabu dipasok ke
Indonesia dalam jumlah berton-ton.
Inilah yang yang harus kita perangi karena
tanpa disadari kita sebenranya “dijajah” oleh bangsa luar melalui narkoba. Jadi
penjajahannya itu bukan dalam bentuk fisik tapi mental generasi muda yang akan
dihancurkan. Jadi momentum Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesai (RI) ke 72
harus dipertahankan dalam berbagai sudut. Jangan sampai kita katakan bahwa kita
sudah merdeka tapi semakin banyak persoalan yang belum diselesaikan sehingga
kemerdekaan itu hanya sebuah kalimat yang sudah lama mendara daging meski
persoalan belum diselesaikan.
Pasalnya, kata merdeka itu berarti kita
sudah dapat menikmati hasilnya tanpa ada lagi keraguan dan ancaman. Bahkan kita
sudah bersantai dan menikmati hari kemerdekaan itu. Tapi apa yang terjadi di
lapangan ternyata masih banyak persoalan yang harus diselesaikan pemerintah.
Belum lagi kapal illegal fishing yang memasuki wilayah perairan Indonesia untuk
mencuri ikan. Hal ini pula yang menjadi persoalan yang harus kita perangi. Jadi
kalau diperangi berarti kita belum merdeka lagi. Meski secara nyata dan
diketahui masyarakat bahwa bangsa Indonesia adalah sudah merdeka.
Akan tetapi masih banyak warga yang
miskin dan belum menikmati hasil kemerdekaan itu sehingga kita masih perlu
melakukan langkah-langkah yang strategis guna memerangi berbagai persoalan.
Belum lagi adanya aksi teroris yang selalu mengintai bangsa Indonesia. Hal
tersebut juga menjadi perhatian kita semua bahwa meski kita sudah merdeka
sesuai dengan pendiri negara ini tapi masih banyak masalah yang dihadapi.
Kesemuanya itu harus dilawan.
Karena Negara Kesatuan Republik
Indonesaia (NKRI) harga mati. Siapa pun yang akan mencoba merongrongnya harus
dilawan. Tanpa pilih merek. Jadi Pancasila sebagai dasar Negara tidak boleh
diganti karena itu sudah final dan tidak ada lagi tawar menawar untuk mencoba memasuki
dengan paham lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kita memiliki ratusan bahasa
dan memiliki suku yang berbeda-beda tapi tetap satu. Banyak pulau-pulau yang memisahkan
kita tapi tetap kita menyatu dibawah naungan NKRI. Olehnya itu, teroris yang
mencoba membuat ulah di Negara ini harus
dilawan.
Penulis teringat di zaman pemerintahan
Orde baru (Orba) dimana kekuatan dari bawa tetap dibangun sehingga tidak ada
lagi yang namanya teroris yang mampu menembusnya. Salah satu contoh di era Orba
mulai dari RT, RW hingga Kepala Desa itu dipimpin oleh pensiunan TNI. Jadi para
pemberontak dari luar akan berfikir dua kali karena orang yang ditugasi dalam
menjaga lingkungan paling depan itu adalah mantan prajurit TNI.
Kita tahu bahwa TNI itu adalah orang
pilihan dan mereka rela mati demi untuk mempertahankan Negara ini. Itulah salah
satu kelebihan jika mantan prajurit yang ditugaskan di garis terdepan apalagi
kita sangat jelas dipisahkan antara satu pulau dengan pulau lainnya. Wajarlah
jika di era Orba aksi teroris yang akan memasuki wilayah Indonesia itu harus
berpikir seribu kali karena sepertinya sangat susah menembus pertahanan
terdepan. Jadi cocok memang kalau RT, RW dan Kepala Desa harus dipimpin oleh
tentara dan termasuk bupati.
Akan tetapi di era sekarang dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka yang memimpin garis terdepan
itu orang yang tidak memiliki pegalaman walau ada juga yang tetap ada pengalamannya.
Tapi namanya rakyat biasa yang selalu mengandalkan kepintarannya, tapi kurang
menguasai strategi pengamanan atau ancaman musuh dari luar tidak kuasai karena
memang bukan keahliannya itu. Sementara kalau psensiunan TNI itu sudah dipelajari.
Jadi aksi-aski teroris yang akan masuk dengan mudah dapat diketahuinya.
Hal inilah yang perlu diperhatikan.
Mengingat kita sudah merdeka selama 72 tahun. Jadi menyambut HUT RI yang ke 72
tahun ini harus kita tetap semangat menyambutnya,. Dan semua yang akan membuat
onar atau kerusuhan di Negara ini harus dilawan karena itu NKRI Harga Mati !
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar