Meski diakui bahwa kebijakan pemerintah
untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per tanggal 5 Januari 2016
merupakan angin segar bagi masyarakat di tanah air. Pasalnya, penurunan BBM ini
menandakan bahwa pemerintah selalu ingin memperbaiki sistem perekonomian di
tanah air, sehingga masyarakat dapat menikmatinya. Begitupula masyarakat pesisir
yang memang tempatnya berada di daerah pesisir dan pekerjaan setiap harinya
adalah menangkap ikan di laut.
Masyarakat pesisir dan khususnya nelayan
yang juga menggunakan perahu motor untuk menangkap ikan. Tentunya mereka tetap
membeli BBM untuk dipakai dalam mengoperasikan kapalnya. Namun, adanya
penurunan BBM tahun ini bukanlah suatu hal yang sangat istimewa. Pasalnya,
penurunan BMM dari harga Rp 7.300/liter menjadi Rp 7.150/liter itu bukanlah
sesuatu yang istimewea. Sebab selisihnya hanya tipis sekali sehingga secara kasat
mata pengarunhnya terkesan hampir tidak ada. Apalagi harga bahan pokok di pasaran
belum turun. Sebab para penjual/pedagang juga merasa bingung lantaran
selisihnya hanya sedikit sekali. Jadi kebanyakan pedagang di pasar tidak
menurunkan barang dagangannya sebab hanya turunnyasedikit.
Olehnya itu, kebijakan pemerintah untuk
menurunkan harga BBM ini bukanlah suatu yang harus diapresiasi, tapi malah
sebaliknya. Sebab jangan sampai penurunan BBM ini tidak bisa bertahan lama lalu
kembali dinaikkan, maka jangan heran jika harga barang dipasaran langsung
melonjak. Meski kenaikannya bisa kembali ke posisi Rp 7.300/liter tapi harga
barang sudah naik dengan alasan harga BBM sudah naik. Mereka tidak mau tahu
bahwa kenaikannya hanya kembali ke posisi semula sehingga harga barang tidak
perlu naik.
Akan tetapi pedagang tidak mau tahu
kalau harga BBM itu naik dan kembali ke posisi semula, terlebih jika melewati
harga semula maka itu sudah jelas bahwa harga barang di pasaran akan melambung
tinggi. Pedagang itu hanya melihat bahwa ada kenaikan BBM, maka
berlomba-lombalah menaikkan barangnya. Jadi mulai sekarang pemerintah harus
benar-benar tetap mempertahankan harga BBM ini agar tidak ada kenaikan harga
produk dalam jangka waktu minimal satu tahu ke depan. Sebab kalau itu langsung
berubah alias ada kenaikan maka harga barang dan perekonomian akan kembali
bergolak. Padahal, selama ini perekonomian sudah mulai bagus dan masyarakat
tidak ada lagi yang mengeluh hanya karena perputaran uang.
Namun tiba-tiba ada kebijakan baru untuk
menurunkan harga BBM, maka itu sudah pasti terjadi pembicaraan dimana-mana.
Tapi pengusaha dan ongkos transportasi tetap stagnan dan tidak bakalan turun.
Jadi pemerintah sebagai penentu kebijakan, kalau harga BBM mau diturunkan, maka
tidak perlu ragu dan tanggung-tanggung, Minimal harga turunnya mulai Rp
1.500-2000 baru ada pengaruhnya terhadap masyarakat terutama nelayan yang
setiap harinya menangkap ikan. Jika hal itu dilakukan maka semua unsur bisa
menyesuaikan karena kapan tidak ada penurunan harga bahan pokok termasuk tarif
angkutan umum, maka masyarakat bisa melakukan aksi protes. Tapi kalau hanya
diturunkan sebesar Rp 150/liter, maka itu tidak ada apa-apanya. Malah menanamkan
kekhawatiran masyarakat terutama yang berdomisli di wilayah pesisir. Sebab mereka
mengandalkan hasil jualan ikan, tapi harga ikan pun tidak ada peningkatan
sehingga ini juga sangat berpengaruh dengan kegiatan mereka.
Olehnya itu, masyarakat pesisir atau
nelayan selalu menjadi bulan-bulanan terhadap kebijakan pemerintah. Sebab
mereka tidak pikirkan dampaknya di tengah masyarakat. Memang diakui bahwa niat
baik pemerintah menurunkan BBM tersebut baik, meski hanya sedikit sekali tapi
itu perlu diapresiasi, tapi disisi lain menjadikan masyarakat merasa deg-degan
lantaran pemerintah ada keinginan mengeluarkan kebijakan naik turunnya BBM,
jadi kalau misalnya tiga bulan ke depan tiba-tiba harga minyak dunia naik, maka
tentunya pemerintah juga menaikkan harga BBM. Maka dengan kenaikan ini masyarakat
langsung dihantui berbagai persoalan yang terjadi dilapangan. Mulai harga BBM
yang naik juga harga bahan pokok dan transportasi ikut naik.
Olehnya itu, perhatian pemerintah
terhadap masyarakat memang bagus terutama yang berdomisli di kota-kota besar,
tapi yang tinggal di daerah pesisir juga sangat perlu diperhatikan. Sebab 60 % masyarakat
tinggal di wilayah pesisir, sehingga pemerintah harus memberikan pertimbangan
dalam menentukan naik atau turunnya BBM. Sebab BBM merupakan salah satu barang
yang sangat vital dan bisa menyedot perhatian semua orang. Hal itu erat
kaitannya dengan seluruh harga barang yang diperdagangkan di tanah air.
Jadi, BBM ini tidak boleh asal mengorek
atau main-main sehingga perhatian masyarakat dialihkan ke arah itu. Padahal,
pemerintah tidak perlu menurunkan harga BBM kalau hanya selisihnya sedikit.
Sebab itu bisa menjadi boomerang bagi masyarakat itu sendiri. Jadi kebijakan
pemerintah ini perlu ditinjau ulang. Namun apa lacur harga BBM sudah diturunkan
dan diberlakukan sehingga apapaun yang
terjadi harus dipertahankan agar harga BBM yang ada sekarang bisa bertahan minimal
setahun ataukah bisa selama lima tahun agar masyarakat tidak dibuat bingung.
Mudah-mudahan kedepan kalau pemerintah
mengambil kebijakan harus memikirkan segala aspek agar tidak ada yang dirugikan.
Karena saat ini ada kesan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah itu asal
mencopot saja tanpa pertimbangan yang matang atau mencari tahu dampaknya bila
ada kebijakan baru. Kenyataannya hanya selalu ingin dilihat bahwa ada kebijakan
baru lagi yang ditelorkan. Padahal, tidak semua kebijakan itu cocok atau
diterima oleh masyarakat sehingga inilah yang harus diperhatiakn baik-baik
terutama masyarakat yang berdomisli di wilayah pesisir. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar