Sulawesi Selatan yang dikenal sebagai
salah satu daerah penghasil ikan bandeng dan udang windu sehingga budidaya komoditi
tersebut sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Apalagi yang berdomisili di
daerah pesisir yang dikenal dengan banyak lahan tambak. Wajar saja jika daerah
ini dapat menyumbangkan devisa Negara yang bisa diperhitungkan di tingkat
nasional. Namun, untuk mendukung produksi hasil budidaya di daerah ini maka
salah satu potensi atau prosek yang bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan
oleh masyarakat adalah budidaya laut (markuktur).
Pasalnya, potensi budidaya laut terbuka
lebar dengan hitungan margin besar, tapi belum banyak yang berminat untuk berinvestasi.
Memang diakui bahwa perkembangan sektor perikanan budidaya selama ini lebih banyak
dikawasan darat, perairan umum, dan pantai pesisir. Sementara usaha budidaya
laut (marikultur) belum banyak yang mengembangkan. Padahal Indonesia memiliki
wilayah perairan laut dangkal (coastal waters) yang luas termasuk di daerah
ini.
Olehnya itu, potensi ini terbuka lebar
dan tidak boleh disia-siakan mengingat banyak orang yang memiliki modal besar
tapi untuk berinvestasi ke sektor perikanan masih pikir-pikir, padahal hasilnya
bisa menjanjikan masa depan yang cerah. Untuk itu, bagi pengusaha yang ingin
menanamkan modalnya di sektor perikanan sangat bagus dan bisa lebih berkembang
lagi usahanya mengingat ikan-ikan hasil budidaya ini tidak pernah tinggal
karena pangsa pasarnya sudah jelas.
Bahkan permintaan akan ikan baik yang
hidup maupun yang sudah mati tetap tinggi, sehingga potensi budidaya laut
memiliki prospek yang cerah. Apalagi ikan hasil tangkapan tergolong sudah mulai
mengalami penurunan yang diakibatkan banyaknya permintaan setiap harinya. Belum
lagi yang diekspor ke luar negeri juga mengalami permintaan yang tinggi. Bisa
dilihat rumah makan yang ada di daerah ini khususnya Kota Makassar yang
menyiapkan ikan-ikan laut tergolong cepat habis. Bahkan penangkap ikan biasanya
kewalahan dan terkadang tidak mampu memenuhi stok atau permintaan pengusaha rumah
makan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa hanya Kota Makassar yang membutuhkan
ikan laut tetapi tidak mampu dipenuhi.
Hal tersebut terlihat mana kala masih
ada pengunjung yang ingin makan di rumah makan tersebut tapi ikannya sudah habis
sehingga mereka menutupnya. Ini membuktikan bahwa peluang untuk melakukan
budidaya laut terbuka lebar sehingga masyarakat atau pemilik modal bisa
melakukannya. Pasalnya, diakui atau tidak budidaya laut ini memang membutuhkan
modal yang cukup karena tempat atau lokasinya di laut sehinbgga wadah yang
dibutuhkan adalah Keramba Jaring Apung (KJA). Keramba ini sudah banyak dijual
dengan berbagai merek dan tipe sehingga pemilik modal saja yang menentukan mana
yang ingin dipakainya.
Ketua masyarakat Akuakultur Indonesia
(MAI) Rokhmin Dahuri menyebutkan bahwa ada 24 juta hektar wilayah perairan laut
dangkal yang cocok untuk usaha budidaya laut dengan potensi produksi sekitar 45
juta ton per tahun. Untuk tingkat produksi budidaya laut pada tahun 2014 lalu
baru sekitar 9,4 juta ton per tahun. Artinya angkayanya masih sangat kecil
dibandingkan potensi yang bisa dimanfaatkan. Sedangkan General Manager PT. Gani
Arta Dwitunggal (produsen keramba jarring apung HDPE), Andi J Sunadin
mengatakan, Indonesia yang terdiri atas 70 % laut memiliki potensi budidaya
laut sangat tinggi. Kita punya panjang garis pantai 95 ribu km tapi output produksi
budidayanya baru sekitar 5 juta ton per tahun, padahal Cina dengan panjang garis
pantai 80 ribu km produksi budidaya lautnya sudah mencapai 39 juta ton per
tahun. (Trobos Aqua September 2016).
Pangsa pasar ikan masih terbuka luas,
begitupun dengan kesempatan usaha budidaya ikan. Pasalnya konsumsi ikan
Indonesia masih rendah baru sekitar 35 kg per kapita/tahun jauh dibandingkan
Jepang yang telah mencapai 60 kg per kapita/tahun dan Malaysia 50 kg per
kapita/tahun. Kalau tingkat konsumsi ikan kita meningkat otomatis permintaan
ikan juga naik dan produksi juga harus ditingkatkan termasuk dari budidaya
laut. (Trobos Aqua September 2016).
Melihat konsumsi ikan kita yang masih
tergolong rendah, maka perlu juga digencarkan makan ikan. Meski pemerintah
melalui dinas yang terkait atau kementerian sudah melakukan berbagai upaya
untuk memberikan penyuluhan mengenai konsumsi ikan. Karena semakin banyak ikan yang dikonsumsi maka kesehatan dan tingkat
kecerdasan semakin bagus. Kita tidak perlu lagi mengingat petuah orang tua dulu
bahwa “jangan makan ikan terlalu banyak nanti kamu cacingan”. Petuah ini sudah
harus ditinggalkan karena masyarakat pada umumnya sudah tahu dan paham bahwa
makan banyak ikan itu dapat mencerdaskan manusia. Jadi wajar kalau konsumsi
ikan harus ditingkan, selain kebutuhan protein terpenuhi juga budidaya laut
terbuka lebar.
Untuk melakukan budidaya laut ini
masyarakat dapat memilih jenis ikan yang bernilai jual tinggi. Sebab kapan ikan
yang dibudidayakan harganya murah maka hasil yang didapatkan jhuga kecil.
Misalnya ikan Kerapu Macan yang nencapai harga Rp 130.000,-/kg. Kakap putih
dengan lama pemeliharaan tujuh bulan. Selain ikan juga udang vanamei (udang
putih) juga bisa dilakukan di KJA sehingga tidak membutuhkan lahan atau tambak.
Bahkan budidya laut ini sangat bagus karena airnya sudah terjamina
kebersihannya.
Olehnya itu, melalui budidaya laut ini
maka masyarakat yang ingin mencobanya bisa melakukan mengingat prospeknya masih
terbuka lebar dan hasilnya sangat menggiurkan. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar