Kamis, 26 November 2015

Gendang Dua dan Piala Adipura



Setiap orang selalu menginginkan sebuah tempat yang tidak terkontaminasi dengan kuman. Sebab kapan seseorang berada pada daerah yang kotor itu berarti banyak faktor yang bisa terjadi pada diri manusia, sehingga kebersihan itu pun harus dinomor satukan. Baik itu pada lingkungan rumah maupun pada daerah dimana kita berada. Pasalnya, kebersihan itu menjadi mutlak bagi setiap orang apalagi kalau di lingkungan kota dimana kita berdomisili. Seperti halnya dengan Kota Makassar yang selama ini sudah “perang” dengan sampah.
Wajar saja jika sampah ini menjadi “momok” bagi kebersihan kota, sehingga pihak Pemerintah Kota Makassar (pemkot) memprogramkan suatu tempat sampah yang disimpan pada pinggir jalan. Tempat sampah tersebut dinamai “gendang dua” karena bentuknya menyerupai gendang meski terlihat “telanjang” karena memang harus disiapkan kantong plastik warna hitam sebagai wadah untuk sampah rumah tangga.

Gendang dua ini disiapkan diseluruh jalan-jalan dalam wilayah Kota Makassar, sehingga ini pun membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Pasalnya, keberadaan gendang dua ini terkesan diabaikan karena setelah penempatan di pinggir jalan sepertinya tidak terurus dan bahkan sudah banyak yang rusak sebelum terpakai. Petugas setiap harinya mengganti kantong plastik tersebut juga membutuhkan tenaga yang tidak sedikit jika melihat jumlah gendang dua yang sudah disebar itu.
Wajar jika banyak suara sumbang yang muncul di masyarakat bahwa gendang dua itu sebenarnya kurang tepat diadakan karena selain membutuhkan anggaran untuk pengadaannya juga membutuhkan tenaga setiap harinya untuk mengganti kantongannya. Memang secara sepintas itu sangat bagus jika diikuti dengan petugas yang sudah disiapkan setiap harinya mengambil sampah masyarakat yang telah dibuangnya itu.
Padahal sekarang ini juga sudah banyak pengadaan “motor kuda” pengangkut sampah yang disiapkan pemkot termasuk mobil yang ada tulisannya “Tangkasa”. Hal itu sangat mendukung keinginan atau program walikota Makassar untuk meraih Piala Adipura tahun 2015 ini. Tidak heran jika semua komponen dilibatkan untuk melakukan kerja bakti guna mendukung kebersihan kota Makassar. Meski gendang dua juga masih stand bay di tempatnya tanpa ada buangan sampah yang berarti.
Padahal kalau mau jujur anggaran untuk pengadaan gendang dua ini sangat besar, sehingga itu tidak boleh disia-siakan karena rusak sebelum dipakai sama saja kalau membuang-buang uang rakyat. Jadi lebih baik gendang dua ini tidak diadakan kalau hanya “ada untuk disia-siakan”. Mungkin lebih bagus jika anggarannya bisa diberikan kepada petugas kebersihan sebagai bonus atas kinerjanya selama ini untuk membersihakn kota ini. Kalau itu dilakukan jauh lebih besar manfaatnya dari pada hanya dibeli untuk “dirusak”.
Andaikan manusianya yang diservis tentunya petugas tersebut akan berlombah untuk memberikan yang terbaik untuk kota ini. Apalagi adanya kemauan walikota untuk meraih Pila Adipura. Bukitinya setiap lorong yang “kumuh” disulap menjadi lorong “sejuk” sehingga bisa dijadikan sebagai contoh daerah lainnya lantaran lorong-lorong di Kota Makassar sudah tertata dengan rapi. Hal ini tidak terlepas dengan banyaknya program yang ditolerkan walikota seperti MTR, Bank Sampah Mabello, Maju Rong dan  Lisa serta program lainnya. Namun yang paling utama adalah peran masyarakat sendiri serta peran Petugas Kebersihan didampingi lurahnya yang menjadi ujung tombak untuk merealisasikan setiap program Pemkot.

Dengan kerja keras itu, maka terbukti pada tahun ini Kota Makassar meraih Piala Adipura Kategori Kota Metropolitan Tahun 2015 sebagai salah satu kota bersih di Indonesia. Meksi kita tahu bahwa Piala Adipura ini  kali ketiga diraihnya sejak walikota Malik B Masry. Pada jamannya Malik B Masry memang juga diikuti dengan kerja keras untuk memerangi sampah-sampah yang berserakan dimana-mana terutama di pasar-pasar tradisional, tapi itu pun berhasil diraihnya sehingga masyarakat juga takjub dan tidak banyak bertanya karena faktanya di lapangan memang bersih. Berbeda dengan walikota Ilham Arif Sirajuddin pada masanya juga meraih piala adipura, tapi kenyataan di lapangan masih terkesan jorok dan banyak sampah yang berserakan sehingga masyarakat pun bertanya-tanya.

Malah masyarakat ramai membicarakannya baik itu diskusi atau ketemu dengan dua atau tiga orang pasti itu yang dibicarakan. Bahkan radio-radio juga membuka layanan langsung untuk mengetahui pendapat masyarakat dan ternyata lebih banyak yang tidak percaya dengan piala itu jika dilihat dengan Kota Makassar yang masih kotor. Mengapa bisa mendapatkan Piala Adipura, bagaimana penilaian juri sehingga Makassar mendapatkannya.

Akan tetapi tahun ini sejak dinahkodai oleh Moh. Ramdhan Pomanto terkesan lain karena memang dilibatkan semua komponen masyarakat untuk membersihkan kota atau lingkungan mereka masing-masing sehingga tercipta lingkungan yang bersih. Begitu pula armada kebersihan yang setiap hari menjemput sampah di jalan-jalan. Bahkan sudah tidak ada lagi bak atau penampungan sampah yang disimpan di sudut–sudut jalan tertentu sebagai penampungan sementara dan selanjutnya diangkut oleh mobil sampah.
Sekarang jalan-jalan yang tadinya terdapat bak sampah dan kotor lantaran sampahnya penuh dan tumpah. Sekarang ini sudah bebas dan bersih. Hal ini harus didukung oleh semua pihak agar masyarakat sadar akan kebersihan. Meski sudah disiapkan gendang dua sebagai tempat sampah sementara tapi itu pun hanya sebagian yang dimanfaatkan. Apalagi mobil “Tangkasa” sudah beroperasi setiap harinya, sehingga sampah-sampah didalam kota dan jalan-jalan terangkut.
Wajar saja jika  “Kota Daeng” ini meraih Piala Adipura. Masyarakat boleh bangga karena Piala Adipura yang terkesan “Liar” untuk Makassar, sehingga harus dilalui perjuangan yang tidak mudah untuk meraihnya. Mudah-mudahan keberadaan gendang dua dan piala adipura ini bisa menjadi catatan tersendiri bagi pemkot. Semoga ke depan tidak asal melakukan pengadaan yang hanya terkesan mubassir. Semoga piala adipura ini tidak cepat merasa puas, tapi malah dijadikan sebagai cambuk untuk lebih baik lagi kedepan. Semoga !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar