Minggu, 03 Februari 2013

Peran Mangrove dalam Meredam Tsunami

-->
Dewasa ini, bencana alam terjadi dibeberapa tempat di dunia dan tidak sedikit pula korban berjatuhan akibat bencana tersebut. Bukan hanya yang terjadi di darat seperti kebakaran dan longsor, tapi juga di laut misalnya abrasi pantai dan bencana tsunami yang dapat menelan korban jiwa manusia yang tidak sedikit. Memang diakui bahwa tsunami sudah diketahui orang, namun belum terlalu dikenal. Akan tetapi belakangan menjadi terkenal setelah terjadinya tsunami di Aceh beberapa tahun lalu yang menewaskan ratusan ribu orang.
Kejadian tersebut sempat memporak-porandakan wilayah sekitar, sehingga mengalami kerugian baik secara fisik maupun non fisik yang dampaknya dirasakan oleh manusia khususnya masyarakat Aceh. Bahkan diduga kuat mempengaruhi perekonomian nasional akibat bencana tersebut.

Hal inilah yang perlu diwaspadai apalagi sekarang cuaca semakin sulit diprediksi, karena terkadang meleset dari dugaan semula, sehingga banyak yang menjadi korban khususnya yang  bergerak dalam bidang perikanan. Pasalnya, bukan hanya angin yang disertai ombak (gelombang) besar yang menenggelamkan beberapa kapal di  laut, tapi juga adanya bencana tsunami yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa manusia. Seperti halnya yang terjadi baru-baru ini di Chili dan merenggut nyawa ratusan ribu.
Olehnya itu, untuk mengantisipasi semua itu, perlu kita menjaga lingkungan dengan baik agar hal-hal yang dapat merusak dan berbahaya bagi orang atau manusia, perlu diperhatian dengan baik. Meski diketahui bahwa semua yang terjadi di alam ini  adalah kehendak yang maha kuasa, akan tapi kejadian itu juga tidak terlepas dengan campur tangan manusia lantaran semua makhluk yang ada di muka bumi ini sudah diciptakan sedemikian rupa dan ada pasangannya masing-masing. Jadi kita tidak boleh serakah atau monopoli sesuatu dalam hal mengelolah hasil bumi yang ada sekarang.
Tapi karena kerakusan sifat manusia yang selalu muncul bersamaan dengan masuknya “iblis” dalam diri manusia itu sendiri yang memiliki pengaruh sangat kuat dan hanya mengikuti kemauannya saja yang tak bisa dibendung, sehingga yang memiliki banyak manfaat bagi lingkungan sekitarnya juga ditebang habis tanpa pandang bulu, karena adanya keinginan untuk menambah luas areal pertambakan khususnya yang ada di daerah pesisir (pinggir pantai), maka pohon bakau pun menjadi tumbal alias ditebang yang keberadaanya tidak ada lagi tumbuhan tersebut menghiasi  pinggir pantai.
Padahal, kalau kita amati dan cermati secara sak sama, maka semua ciptaan tuhan itu memiliki banyak manfaat, meski manusia biasa tidak mengetahui secara pasti kegunaan dan manfaatnya, tapi hal itu tetap ada. Memang diakui bahwa secara sepintas pohon bakau atau mangrove hampir tidak ada gunanya kecuali dijadikan sebagai bahan untuk kayu bakar. Hal itu terjadi pada masyarakat pinggiran yang sengaja mengambilnya bahkan dibuat sebagai arang lalu dijual kembali kepada masyarakat.
Disamping itu, tempatnya dapat dijadikan sebagai areal pertambakan untuk menghasilkan duit yang banyak. Sebab luas tambak yang sudah bertambah tersebut dapat digunakan sebagai wadah untuk budidaya udang dan ikan, sehingga mendapatkan hasil atau keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Namun, peran mangrove yang ada dipinggir laut tersebut sangat besar dan bisa menghasilkan nilai ekonomis tinggi. Akan tetapi karena pemahaman masyarakat yang terbatas tentang tumbuhan yang hanya dianggap sebagai penghalang itu, sehingga tidak sedikit pohon bakau yang ada di Indonesia dan khsusunya di Sulsel jadi sasaran pembabatan. Padahal, sangat berperan dalam berbagai hal termasuk dapat meredam tsunami yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Karena tsunami yang terjadi tidak memandang waktu dan tempat, sehingga manusia harusnya selalu waspada tentang bahaya tersebut. Tidak salah jika pohon bakau yang dianggap dapat mereadam tsunami yang terjadi dapat dipertahankan keberadaannya. Malah kalau lokasi atau pesisir pantai yang tidak ada pohon bakaunya diusahakan untuk ditanami, sehingga secara tidak langusng sudah ada penghalang datangnya tsunami tersebut.
Namun, kalau kita cermati bahwa hutan mangrove bukanlah semata pohon bakau yang tumbuh dipinggir pantai, tapi banyak tumbuhan lainnya, sehingga dikenal sebagai hutan mangrove. Walau pemahaman masyarakat bahwa pohon mangrove itu juga adalah pohon bakau dan itu sudah tersebar luas.
Olehnya itu, hutan mangrove yang sering disebut banyak orang disangkanya adalah pohon bakau semata. Padahal, banyak pohon lain didalamnya. Jadi hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
 Untuk menghindari kekeliruan perlu dipertegas bahwa istilah bakau hendaknya digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas ini.  Karena di hutan tersebut bukan hanya jenis bakau yang ada maka istilah hutan mangrove lebih populer digunakan untuk pada tipe hutan ini.  Segala tumbuhan dalam hutan ini saling berinteraksi dengan lingkungannya baik yang bersifat biotik maupun abiotik.  Dan seluruh sistem yang saling bergantung ini membentuk apa yang dikenal sebagai ekosistem mangrove (Nontji, 1987). 
Olehnya itu, tidak salah kalau kita mencermati kasus tsunami yang terjadi di Aceh, dimana ada sebuah daerah yang luput dari terjangan tsunami. Bukan berarti ada hal yang memiliki keistimewaan, tapi adanya pohon bakau yang sangat tebal sepanjang pantai dan jaraknya dari pinggir pantai cukup panjang, sehingga air (gelombang/ombak) yang datang tidak kencang karena harus melewati selah pohon bakau tersebut. Artinya energy atau kekuatan gelombang tersebut sudah menurun sehingga terjangannya hampir tidak ada bahkan sama saja kalau air biasa yang mengalir.
Sedangkan yang tidak memiliki pohon bakau tentunya air laut datang itu dengan mudah masuk dan menghantam daratan, karena tidak bisa terbendung. Artinya, penghalangnya tidak ada di pinggir pantai atau daerah pesisir, sehingga air atau gelombang lolos dengan kekuatan tinggi menerjang ke daratan. Inilah yang membedakan jika ada pohon bakau di pinggir pantai dengan yang tidak ada.
Jadi, peran mangrove dalam meredam tsunami dapat digunakan. Apalagi beberapa kejadian tsunami yang dapat merenggut nyawa manuisa yang tidak sedikit baik itu terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga ini menjadi perhatian bagi kita semua agar bencana alam semacam itu tidak terulang lagi. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa semua itu ditentukan oleh sang pencipta tapi minimal dapat menghalau sedikit sehingga kerugian yang timbulkan bisa diminimalisir.
Bukan hanya itu, tapi juga banyak manfaat lain dari pohon bakau di pesisir pantai. Misalnya terbukti dengan banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah sekitar bakau dapat meningkat kesejahteraannya dengan memanfaatkan pohon bakau tersebut untuk mengais rezeki. Sebab banyak biota laut seperti ikan, udang-udangan dan kepiting yang berada di daerah tersebut.
Pasalnya, daerah itu sangat subur karena serasah daun dan ranting yang gugur merupakan sumber bahan organik penting dalam rantai pakan (food chain) di dalam lingkungan perairan.  Daun dan ranting yang gugur ke dalam air segera menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan air atau dihancurkan lebih dulu oleh kegiatan bakteri dan jamur.  Hancuran bahan-bahan organik kemudian menjadi bahan makanan penting bagi cacing, krustase dan hewan-hewan lain.  Pada tingkat berikutnya hewan-hewan ini pun menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar dan seterusnya. Kesuburan perairan sekitar kawasan mangrove tergantung pada masukan bahan organik yang berasal dari guguran daun dan ranting ini. 
Hutan mangrove disebut sebagai ekosistem pesisir yang paling produktif, yang menghasilkan serasah daun dan ranting sekitar 9 ton/ha/tahun (Head, 1971).  Di Indonesia produksi serasah daun dan ranting hutan mangrove berkisar antara 7-8 ton/ha/tahun (Nontji, 1987).
Oleh karena itu, peran mangrove di lingkungan pesisir sangat besar, sehingga wajar kalau pohon bakau ini perlu dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya, sehingga bencana alam seperti tsunami dapat diminimalisir. Semoga !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar