Rabu, 06 Februari 2013

Dunia Flora & Fauna PENYU


Penyu (turtle) atau biasa disebut juga kura kura laut, tuturuga, dan hen, adalah salah fauna atau hewan purba yang hidup di laut. Penyu adalah salah satu satwa peninggalan zaman purba yang sampai sekarang masih hidup. Karena itu, penyu dianggap sebagai fosil hidup. Penyu tergolong reptil yang hidup di laut pada perairan dangkal hingga laut dalam di perairan tropis dan subtropis.  Penyu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.  Karena itu, penyu menjadi salah satu fauna laut yang paling banyak diburu. 

Sebagai salah satu kekayaan alam penting di perairan Nusantara, penyu harus diperkenalkan secara luas kepada masyarakat. Tidak sekadar dikenal, tetapi diharapkan mendorong anak-anak negeri ini untuk ikut melindungi dan melestarikan hewan yang lemah lembut ini. 
 

Penyu termasuk hewan air yang hidup di laut.  Penyu tergolong dalam kelas Reptilia, ordo Testudines.  Dari ordo ini ada dua suku yaitu Dermochelidae dan Chelonidae.  Penyu laut—bersama dengan ular, buaya dan kura-kura—termasuk kelompok terbesar hewan melata berdarah dingin.  Penyu menyesuaikan diri untuk hidup di laut.  Meskipun begitu penyu betina bertelur di daratan pantai pasir dengan membuat lubang dan menimbun telurnya.  Hewan ini mempunyai bentuk tubuh bulat pipih, yang pada umumnya berukuran relatif besar dan terbungkus oleh perisai atau cangkang.  Penyu dapat tumbuh hingga mencapai ukuran panjang 1,8 m dan berat 750 kg, terutama pada jenis penyu belimbing (Dermochelys coriacea).

Perisai bagian punggung cembung disebut karapas (carapace), sedangkan perisai sebelah ventral (perut) disebut plastron.  Kedua bagian itu digabungkan pada bagian lateral bawah, terbungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk yang tebal. Bentuk tubuh penyu ini tidak berubah dengan bentuk nenek-moyangnya sekitar 100 juta tahun yang lalu jika dikaji dari temuan-temuan fosilnya. Cangkang atau perisai penyu melindunginya dari pengaruh lingkungan.  Berbeda dengan kura-kura yang kulitnya berat sehingga kura-kura berjalan sangat lambat, kulit penyu relatif ringan.  Daya apung air mengurangi berat cangkang penyu, sehingga hewan ini tidak perlu “menggendong” cangkangnya waktu bergerak di dalam air.  Kaki-kakinya berubah menjadi bentuk sirip (flipper) atau dayung lebar yang agak memanjang sedikit sehingga memberikan kemampuan penyu untuk bergerak bebas dan berenang relatif cepat.  Penyu tidak memiliki gigi, tetapi dengan rahang berkulit zat tanduk menjadi pengganti alat mekanis untuk mengunyah makanan.
Saat ini diperkirakan terdapat tujuh spesies atau jenis penyu yang masih hidup di perairan tropis dan subtropis di dunia.  Dari ketujuh spesies penyu yang masih hidup, enam di antaranya hidup di perairan Indonesia, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu pipih (Natator depressus).   Semua spesies penyu dilindungi oleh undang-undang, sehingga dilarang ditangkap dan diperdagangkan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar