Rabu, 06 Februari 2013

Dunia Flora & Fauna KIMA


Pernakah anda mendengar nama Kima? Bagi mereka yang hidup di pulau-pulau atau pesisir pantai, fauna atau hewan ini bukanlah sesuatu yang asing. Fauna ini hidup di laut, tepatnya di daerah karang atau terumbu karang dan di padang lamun. Nama lokalnya macam-macam, misalnya kerang raksasa, tiram karang, bia, suwat, wawat, fika-fika, dan sebagainya.  Namun dalam dunia perikanan dan kelautan, fauna ini dikenal sebagai kima.

Kima hidup tergeletak di dasar perairan di antara karang atau padang lamun. Ada juga yang mengubur diri di dalam batu karang.  Kima mempunyai dua keping cangkang keras yang ukurannya sama, dan dihubungkan oleh semacam sambungan yang dikenal sebagai engsel atau ”hinge ligament”, yaitu semacam pita elastis yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk sama dengan periostrakum, bersambungan dengan periostrakum cangkang. Kedua keping cangkang pada bagian dalam juga ditautkan oleh sebuah otot adduktor, dan sebuah otot adduktor posterior, yang bekerja secara antagonis dengan hinge ligament.  Bila otot adduktor rileks, ligamen berkerut, maka kedua keping cangkang akan terbuka, demikian pula sebaliknya.


Gambar 1. kima raksasa (Tridacna gigas)
cangkang kima keras, tebal, berwarna putih dan mengapur, dengan tepi cangkang bergelombang.  Pada permukaan luar cangkang terdapat garis-garis radier yang beralur dalam dengan lempeng-lempeng tajam dan tebal yang tersusun kosentris serta agak jarang.  Lubang tempat benang bysus keluar berukuran sedang dan bergerigi.   

Mantel kima berwarna abu-abu, biru, ungu, atau hijau disertai dengan bintik-bintik dengan warna beranekaragam. Mantel berbentuk jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.  Pada tepi mantel terdapat tiga lipatan dalam, tengah dan luar.  Lipatan dalam adalah yang paling tebal dan berisi otot radial dan otot melingkar.  Lapisan tengah mengandung alat indera, sedangkan lapisan luar adalah penghasil cangkang.
Kima merupakan fauna laut penting di Indo Pasifik, termasuk di perairan Indonesia.  Kima bernilai ekonomi penting karena semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Daging kima, terutama otot adduktor dan mantelnya, merupakan makanan laut (seafood) yang enak dikonsumsi dan bergizi tinggi. penduduk di pulau-pulau dan pesisir Indo Pasifik telah menjadikan kima sebagai salah satu bahan konsumsi lauk-pauk sejak dahulu.

Di beberapa daerah di Indonesia, daging kima dikumpul oleh masing-masing rumah tangga untuk disumbangkan ke pesta adat atau pesta pernikahan.  Para perempuan dan anak-anak Suku Bajo mencari berbagai biota laut, termasuk kima, di sepanjang rataan terumbu (reef flat) saat air laut surut.  Sedangkan para laki-laki melakukan penyelamanan untuk mengambil kima berukuran besar di perairan yang dalam.

Jenis kima yang umumnya dipungut di sepanjang rataan terumbu yakni kima pasir atau fika-fika (Hippopus hippopus) dan kima cina (H. porcellanus).  Kedua spesies kima ini juga ditemukan di daerah padang lamun (seagrass), terutama pada dasar perairan yang mengandung patahan karang atau campuran pasir dan patahan karang.  Sedangkan di perairan yang agak dalam ditemukan kima raksasa (Tridacna gigas), kima air (T. derasa), kima sisik (T. squamosa), kima kecil (T. maxima), dan kima lubang (T. crocea).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar