Senin, 05 Oktober 2015

Penurunan BBM Bukan Solusi Selamatkan Ekonomi



Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa tidak ada di tengah masyarakat. Pasalnya, BBM ini perannya sangat penting bagi kehidupan rakyat Indonesia, terlebih bagi pengusaha yang ada. Sebab BBM ini ibarat “nyawa” sebuah mahkluk di muka bumi ini, sehingga tidak boleh sembarang “mengorek” karena itu dampaknya sangat besar yang dirasakan oleh masyarakat.
Olehnya itu, adanya wacana tentang kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menurunkan harga BBM ini demi untuk menyelamatkan ekonomi di negeri ini. Kebijakan tersebut diambil guna memberikan bantuan kepada masyarakat secara nyata. Sebab kalau BBM ini diturunkan maka semua orang bisa menikmatinya. Akan tetapi perlu diketahui bahwa adanya kebijakan tersebut sangat bagus dan perlu didukung oleh semua pihak, tapi kita juga tidak serta merta langsung mengamininya sebab BBM itu sangat peka terhadap perekonomian di tanah air.

Memang diakui bahwa menurunkan harga BBM itu adalah hak pemerintah, tapi kapan BBM ini turun kalau tidak diikuti seluruh kementerian yang ada maka itu tidak bisa dijamin bahwa penurunannya ini berdampak posistif atau negatif. Sebab pengalaman sebelumnya bahwa jika BBM diturunkan harganya, maka banyak orang yang langsung menikmatinya. Akan tetapi penurunan tersebut belum tentu diikuti oleh pedagang mulai dari pedagang sayur hingga pedagang  besar dan lain-lain, mereka  tidak serta merta menyetujui kebijakan itu.
Pasalnya, semuanya beranggapan bahwa pada saat dirinya membeli barang harganya tinggi, sekarang harga BBM turun maka otomatis harga barang tersebut juga harus turun. Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh para pedagang yang ada di tanah air. Sebab yang dia pentingkan adalah adanya keuntungan, bukan kerugian didalamnya dan kalau itu dilakukan berarti sudah jelas mereka rugi. Tidak salah jika pedagang tetap bertahan pada harga semula, meski ada penurunan harga BBM, tapi mereka tidak akan terpengaruh atau ikut menurunkan harga barangnya.
Nah, kalau kebijakan ini diambil dan pada saat tertentu, pemerintah kembali menaikkan harga BBM, maka itu sangat besar dampaknya karena mulai pedagang kecil hingga pedagang besar berlomba menaikkan harga barangnya dengan dalih bahwa harga BBM naik, maka harga barang pun ikut naik, meski mereka membelinya masih haraga normal sehingga kapan dinaikkan maka keuntungannya berlipat ganda. Belum lagi pedagang menaikkan harga barangnya sebelum harga BBM naik, jadi mereka bisa menaikkan barangnya dua-tiga kali lipat.
Belum lagi masyarakat atau mahasiswa yang tidak setuju dengan kenaikan harga tersebut, bahkan tidak sedikit mahasiswa melakukan aksi demo karena dianggap memberatkan masyarakat. Padahal, pada saat harga BBM diturunkan aksi mahasiswa itu tidak ada. Bahkan terkesan gerakannya “membisu” tanpa bisa berbuat sesuatu. Hal tersebut dinilai oleh sebagian masyarakat adanya ketidak konsistenan dalam melihat prilaku pemerintah ini. Padahal, sebagai generasi muda tentunya bisa mempertanyakan penurunan ini bahwa jika dilihat secara saksama bisa melakukan demo karena kapan BBM ini “digaruk” tentunya berimbas kepada sektor lain dan malah perekonomian akan kembali kacau apalagi kalau pertengahan tahun dan yang rugi adalah masyarakat itu sendiri.
Mestinya pemerintah tidak perlu mengganggu BBM ini kalau negara ini sudah kondusif karena kalau BBM itu dijadikan “sapi perah” untuk kepentingan politik, maka itu bisa menggangggu seluruh aktivitas perekonomian. Sebab BBM itu sangat peka di tengah masyarakat. Jadi janganlah dikorek BBM ini kalau hanya bisa bertahan dengan hitungan bulan. Bila pemerintah ingin aman, maka harga BBM itu tidak perlu dikorek minimal lima tahun agar “kekacauan” perdagangan di negeri ini tidak terjadi. Sebab peluang untuk menimbulkan berbagai macam persoalan adalah adanya kebijakan untuk mengorek BBM yang telah bagus.
Kalau memang ada wacana untuk menurunkan BBM berarti pemerintah tidak boleh tanggung-tanggung, bisa menurunkan 10-15 persen sehingga masyarakat langsung merasakan dampaknya. Tapi kalau hanya 7-10 persen itu tidak ada apa-apanya dan malah menambah kebingungan masyarakat. Jadi pemerintah sebaiknya tidak melirik BBM sebagai pelarian untuk kebijakan yang dinilai bisa mempengaruhi publik. Apalagi sekarang ini sudah aman sehingga harga BBM yang ada sekarang biarlah berjalan seiring dengan bergulirnya waktu.
Padahal, kalau pemerintah ini melihat rakyatnya hidup tenteram, maka BBM tidak bisa “disentuh” selama lima tahun. Toh nanti kalau sudah lima tahun berjalan dan ternyata harus ada kenaikan maka itu juga harus dipikirkan kenaikannya bisa berapa persen sebab kalau naiknya juga sedikit dan selalu naik setiap tahunnya maka itu juga mengganggu stabilitas ekonomi sebab harga barang tidak bisa dipatok dengan kenaikan tersebut.
Jadi sebaiknya wacana menurunkan BBM ini perlu dipikirkan secara mendalam dan jangan memberikan keputusan secara tergesah-gesah sebab BBM itu  sangat “vital” di tengah masyarakat. Jangan sampai adanya penurunan yang dilakukan pemerintah, tapi bukannya menyelamatkan ekonomi, tapi menambah masalah perekonomian di tanah air.
Mudah-mudahan kebijakan ini bisa diikuti oleh seluruh menteri yang terkait sebab kalau itu tidak dilakukan maka percuma melakukan penurunan kalau ada kementerian yang tidak mau ikut memberikan dukungan atas keputusan pemerintah itu. Sebab banyak oknum yang selalu berfikiran singkat dan tidak mau peduli dengan urusan kementerian lain. Apalagi kalau hanya melihat dari sisi politik sehingga mereka merasa ogah dalam mendukung kebijakan tersebut, sehingga ini tidak memberikan hasil yang baik terutama masyarakat kecil yang selalu mengharapkan adanya kebijakan pemerintah yang membantu perekonomian masyarakat. Semoga !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar