Rabu, 09 Desember 2015

Jadilah Pemilih Cerdas



Pesta demokrasi tahun ini dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia, sehingga dilakukan libur nasional untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat yang jauh dari tempat pemilihan untuk kembali ke daerahnya sebagai orang yang dapat memberikan suaranya pada pemilukada. Pasalnya, pemilukada tahun ini lain dari biasanya sebab dihelat secara serentak sehingga tidak ada lagi potensi kecurangan yang bisa terjadi. Wajar saja jika pada hari Rabu Tanggal 9 Desember 2015 merupakan hari bersejarah bagi calon-calon pemimpin masa depan.
Sebab pemilihan yang berlangsung ini tidak lain untuk mencari sosok pemimpin yang bersih, cerdas dan mampu mengakomodir apa keperluan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemilukada kali ini sangat dan harus dihargai agar tidak terjadi lagi hal-hal yang dapat merusak citra pesta demokrasi ini. Jadi tidak salah jika kita katakan bahwa “Jadilah Pemilih Cerdas” untuk menentukan pemimpin masa depan. Sebab tanpa partisipasi masyarakat yang benar-benar bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa dan Negara ini, maka itu tidaklah berarti menyumbangkan suaranya pada pemilukada. Sebab yang dibutuhkan disini adalah orang atau pemimpin yang tidak melalaikan amanahnya yang diberikan oleh masyarakat.

Pasalnya, banyak pemimpin dimasa lalu yang kurang perhatian pada masyarakatnya jika telah duduk di kursi empuk sebagai orang nomor satu, sehingga pemilu kali ini benar-benar masyarakat harus dituntut untuk memberikan suaranya kepada orang yang pantas dan bisa memimpin dimasa depan. Masyarakat tidak perlu terpengaruh dengan bujuk rayuan dengan berbagai macam sogokan atau bingkiasan yang dibagikan kepada masyarakat demi untuk memilih salah satu calon. Sebab cara-cara seperti itu dilakukan oleh kelompok atau salah satu calon pemimpin yang kurang baik karena tidak berkualitas, sehingga berbagai cara dilakukan untuk memuluskan dirinya menjadi orang nomor satu di daerah pemilihannya.
Nah, disinilah peran masyarakat untuk menjadi pemilih cerdas agar bangsa dan negara ini tidak tercederai dengan cara-cara yang kurang baik. Sebab kata para ahli didalamnya bahwa siapa yang menyogok dan siapa yang menerima sogokan itu sama-sama orang kurang baik dan itu tergolong korupsi. Jadi korupsi di tanah air diperangi karena dianggap merusak sistim pemerintahan yang sedang berjalan. Nah, bagaimana caranya kalau belum menduduki jabatan itu sudah memberikan sinyal korupsi karena adanya sogok kepada masyarakat. Jadi sudah pasti bahwa ke depan bila mereka sudah menduduki jabatan itu, maka tidak salah jika mereka melakukan korupsi.
Olehnya itu, masyarakat sebagai penentu orang-orang yang pantas menduduki jabatan itu, maka disinilah tempatnya. Karena kapan moment ini terlewatkan maka penyesalan tidak akan pernah datang lebih awal. Maka berfikirlah sebelum melakukan penjoblosan agar hati dan jiwa kita tidak terperangkap dengan siksaan bathin yang kita alami. Sebab kapan salah pilih tentunya kita sendiri yang akan menyesal. Sebab semua keputusan itu datangnya dari dalam hati sehingga kata hati harus benar-benar diperhatikan. Jangan kita memberikan suara kepada orang tertentu hanya karena adanya bingkisan atau uang transport yang dibagikan oleh tim sukses salah satu calon, sehingga kita terpengaruh atau tergoda dengan kebaikan itu.
Bisa dibayangkan kalau hanya diberikan Rp 100.000 – 200.000,- lalu kita berikan atau mencoblosnya orang tersebut, maka ruginya bertahun-tahun. Bisa dilihat kalau hanya Rp 200.000,- saja yang diberikan sementara dia duduk sampai lima tahun melakukan korupsi berarti sangat banyak keuntungan yang didapatkannya hanya karena kita tergoda dengan persoalan uang yang jumlahnya sangat sedikit itu.
Dengan demikian, maka kita sebagai orang-orang yang cerdas dan kenyang dengan masalah politik, maka tidak perlu lagi mengikuti cara-cara yang tidak benar itu. Karena memang orang yang tidak percaya diri dan tidak berkualitas ingin menjadi pemimpin maka melakukan berbagai cara. Salah satunya adalah memanfaatkan uangnya yang mereka miliki untuk menyogok masyarakat terutama yang ada di daerah-daerah terpencil karena mereka menganggap bisa dipengaruhi dengan uang.
Wajar saja jika tim sukses ini mati-matian untuk memberikan atau menyalurkan berbagai bantuan kepada masyarakat yang dianggap bisa dipengaruhinya. Tapi itu bukan hanya terjadi di daerah terpencil, tapi juga di kota-kota kabupaten pun tidak luput dengan adanya pemberian bingkisan. Bahkan tidak kalah hebatnya jika tim sukses itu memberikan “Serangan Fajar” dengan membagi bagikan amplop sebelum masyarakat pergi ke tempat pemungutan suara, sehingga masyarakat merasa diperhatikan sehingga wajarlah kalau suaranya langsung diberikan kepada yang memberikan sejumlah uang yang nilainya tergolong tinggi.
Jadi pemimpin ini lahir dari uang, bukan lahir karena memiliki kompetensi dan kecerdasan yang dianggap bisa memimpin daerah. Tapi karena banyaknya uang sehigga mereka duduk jadi pemimpin. Memang diakui bahwa pemimpin yang lahir dari uang berbeda dengan yang lahir dari kualitas. Hal itu sangat jauh bedanya bila lahir dari uang maka pertama-tama dilakukan adalah bagaimana proyek itu bisa secepatnya dilaksanakan agar mendapatkan keuntungan yang banyak. Sementara yang berkualitas adalah benar-benar memperhatikan daerahnya terutama masyarakatnya agar perekonomian dan kesehatannya jauh lebih baik, sehingga orang-orang yang msikin itu akan terkikis.
Olehnya itu, pemilukada secara serentak ini diharapkan kepada pemilih cerdas yang berperan agar apa yang diharapkan semua pihak dapat terlaksana. Sebab kapan kita memilih orang-orang yang tidak tepat sebagai pemimpin maka jangan harap jika daerah ini bisa lebih dari sebelumnya. Mudah-mudahan apa yang diharapkan bisa terwujud. Semoga !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar