Dewasa ini,
bencana alam terjadi dibeberapa tempat di dunia dan tidak sedikit pula korban
berjatuhan akibat bencana tersebut. Bukan hanya yang terjadi di darat seperti
kebakaran dan longsor, tapi juga di laut misalnya abrasi pantai dan bencana
tsunami yang dapat menelan korban jiwa manusia yang tidak sedikit. Memang
diakui bahwa tsunami sudah diketahui orang, namun belum terlalu dikenal. Akan
tetapi belakangan menjadi terkenal setelah terjadinya tsunami di Aceh beberapa
tahun lalu yang menewaskan ratusan ribu orang.
Kejadian
tersebut sempat memporak-porandakan wilayah sekitar, sehingga mengalami
kerugian baik secara fisik maupun non fisik yang dampaknya dirasakan oleh
manusia khususnya masyarakat Aceh. Bahkan diduga kuat mempengaruhi perekonomian
nasional akibat bencana tersebut.
Hal inilah yang
perlu diwaspadai apalagi sekarang cuaca semakin sulit diprediksi, karena
terkadang meleset dari dugaan semula, sehingga banyak yang menjadi korban khususnya
yang bergerak dalam bidang perikanan.
Pasalnya, bukan hanya angin yang disertai ombak (gelombang) besar yang
menenggelamkan beberapa kapal di laut,
tapi juga adanya bencana tsunami yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa
manusia. Seperti halnya yang terjadi baru-baru ini di Chili dan merenggut nyawa
ratusan ribu.
Olehnya itu, untuk
mengantisipasi semua itu, perlu kita menjaga lingkungan dengan baik agar hal-hal
yang dapat merusak dan berbahaya bagi orang atau manusia, perlu diperhatian
dengan baik. Meski diketahui bahwa semua yang terjadi di alam ini adalah kehendak yang maha kuasa, akan tapi
kejadian itu juga tidak terlepas dengan campur tangan manusia lantaran semua
makhluk yang ada di muka bumi ini sudah diciptakan sedemikian rupa dan ada
pasangannya masing-masing. Jadi kita tidak boleh serakah atau monopoli sesuatu dalam
hal mengelolah hasil bumi yang ada sekarang.
Tapi karena
kerakusan sifat manusia yang selalu muncul bersamaan dengan masuknya “iblis”
dalam diri manusia itu sendiri yang memiliki pengaruh sangat kuat dan hanya
mengikuti kemauannya saja yang tak bisa dibendung, sehingga yang memiliki
banyak manfaat bagi lingkungan sekitarnya juga ditebang habis tanpa pandang
bulu, karena adanya keinginan untuk menambah luas areal pertambakan khususnya
yang ada di daerah pesisir (pinggir pantai), maka pohon bakau pun menjadi
tumbal alias ditebang yang keberadaanya tidak ada lagi tumbuhan tersebut menghiasi
pinggir pantai.
Padahal, kalau
kita amati dan cermati secara sak sama, maka semua ciptaan tuhan itu memiliki
banyak manfaat, meski manusia biasa tidak mengetahui secara pasti kegunaan dan
manfaatnya, tapi hal itu tetap ada. Memang diakui bahwa secara sepintas pohon
bakau atau mangrove hampir tidak ada gunanya kecuali dijadikan sebagai bahan
untuk kayu bakar. Hal itu terjadi pada masyarakat pinggiran yang sengaja
mengambilnya bahkan dibuat sebagai arang lalu dijual kembali kepada masyarakat.
Disamping itu, tempatnya
dapat dijadikan sebagai areal pertambakan untuk menghasilkan duit yang banyak.
Sebab luas tambak yang sudah bertambah tersebut dapat digunakan sebagai wadah untuk
budidaya udang dan ikan, sehingga mendapatkan hasil atau keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Namun, peran
mangrove yang ada dipinggir laut tersebut sangat besar dan bisa menghasilkan
nilai ekonomis tinggi. Akan tetapi karena pemahaman masyarakat yang terbatas
tentang tumbuhan yang hanya dianggap sebagai penghalang itu, sehingga tidak
sedikit pohon bakau yang ada di Indonesia
dan khsusunya di Sulsel jadi sasaran pembabatan. Padahal, sangat berperan dalam
berbagai hal termasuk dapat meredam tsunami yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Karena tsunami yang terjadi tidak memandang waktu dan tempat, sehingga manusia
harusnya selalu waspada tentang bahaya tersebut. Tidak salah jika pohon bakau
yang dianggap dapat mereadam tsunami yang terjadi dapat dipertahankan
keberadaannya. Malah kalau lokasi atau pesisir pantai yang tidak ada pohon
bakaunya diusahakan untuk ditanami, sehingga secara tidak langusng sudah ada
penghalang datangnya tsunami tersebut.
Namun, kalau
kita cermati bahwa hutan mangrove bukanlah semata pohon bakau yang tumbuh dipinggir
pantai, tapi banyak tumbuhan lainnya, sehingga dikenal sebagai hutan mangrove.
Walau pemahaman masyarakat bahwa pohon mangrove itu juga adalah pohon bakau dan
itu sudah tersebar luas.
Olehnya itu, hutan
mangrove yang sering disebut banyak orang disangkanya adalah pohon bakau
semata. Padahal, banyak pohon lain didalamnya. Jadi hutan mangrove adalah tipe
hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut.
Untuk menghindari kekeliruan perlu dipertegas
bahwa istilah bakau hendaknya digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan
tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove
digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas ini. Karena di hutan tersebut bukan hanya jenis
bakau yang ada maka istilah hutan mangrove lebih populer digunakan untuk pada
tipe hutan ini. Segala tumbuhan dalam
hutan ini saling berinteraksi dengan lingkungannya baik yang bersifat biotik
maupun abiotik. Dan seluruh sistem yang
saling bergantung ini membentuk apa yang dikenal sebagai ekosistem mangrove
(Nontji, 1987).
Olehnya itu, tidak
salah kalau kita mencermati kasus tsunami yang terjadi di Aceh, dimana ada
sebuah daerah yang luput dari terjangan tsunami. Bukan berarti ada hal yang
memiliki keistimewaan, tapi adanya pohon bakau yang sangat tebal sepanjang
pantai dan jaraknya dari pinggir pantai cukup panjang, sehingga air (gelombang/ombak)
yang datang tidak kencang karena harus melewati selah pohon bakau tersebut.
Artinya energy atau kekuatan gelombang tersebut sudah menurun sehingga
terjangannya hampir tidak ada bahkan sama saja kalau air biasa yang mengalir.
Sedangkan yang
tidak memiliki pohon bakau tentunya air laut datang itu dengan mudah masuk dan
menghantam daratan, karena tidak bisa terbendung. Artinya, penghalangnya tidak
ada di pinggir pantai atau daerah pesisir, sehingga air atau gelombang lolos
dengan kekuatan tinggi menerjang ke daratan. Inilah yang membedakan jika ada
pohon bakau di pinggir pantai dengan yang tidak ada.
Jadi, peran
mangrove dalam meredam tsunami dapat digunakan. Apalagi beberapa kejadian
tsunami yang dapat merenggut nyawa manuisa yang tidak sedikit baik itu terjadi
di dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga ini menjadi perhatian bagi kita
semua agar bencana alam semacam itu tidak terulang lagi. Meski tidak bisa
dipungkiri bahwa semua itu ditentukan oleh sang pencipta tapi minimal dapat
menghalau sedikit sehingga kerugian yang timbulkan bisa diminimalisir.
Bukan hanya itu,
tapi juga banyak manfaat lain dari pohon bakau di pesisir pantai. Misalnya
terbukti dengan banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah sekitar bakau dapat
meningkat kesejahteraannya dengan memanfaatkan pohon bakau tersebut untuk
mengais rezeki. Sebab banyak biota laut seperti ikan, udang-udangan dan
kepiting yang berada di daerah tersebut.
Pasalnya, daerah
itu sangat subur karena serasah daun dan ranting yang gugur merupakan sumber
bahan organik penting dalam rantai pakan (food chain) di dalam
lingkungan perairan. Daun dan ranting
yang gugur ke dalam air segera menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan
air atau dihancurkan lebih dulu oleh kegiatan bakteri dan jamur. Hancuran bahan-bahan organik kemudian menjadi
bahan makanan penting bagi cacing, krustase dan hewan-hewan lain. Pada tingkat berikutnya hewan-hewan ini pun
menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar dan seterusnya.
Kesuburan perairan sekitar kawasan mangrove tergantung pada masukan bahan
organik yang berasal dari guguran daun dan ranting ini.
Hutan mangrove
disebut sebagai ekosistem pesisir yang paling produktif, yang menghasilkan
serasah daun dan ranting sekitar 9 ton/ha/tahun (Head, 1971). Di Indonesia produksi serasah daun dan
ranting hutan mangrove berkisar antara 7-8 ton/ha/tahun (Nontji, 1987).
Oleh karena itu,
peran mangrove di lingkungan pesisir sangat besar, sehingga wajar kalau pohon
bakau ini perlu dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya, sehingga bencana
alam seperti tsunami dapat diminimalisir. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar