PRAKATA
EDITOR
Pembangunan sejatinya untuk semua
warga negara. Karena cita-cita bernegara adalah untuk kesejahteraan rakyat. Namun,
di mana-mana, pembangunan selalu hanya dinikamti oleh para elit, baik elit
ekonomi, elit sosial, maupun elit politik. Sementara rakyat kecil, tidak hanya
dipinggirkan, tetapi juga dijadikan tumbal dari pembangunan itu.
Sejarah pembangunan adalah
sejarah “menyakiti rakyat kecil”. Penguasa (ekonomi, sosial, politik) biasanya
bermufakat melakukan kejahatan terhadap rakyat kecil. Apalagi penguasa ekonomi, sosial, dan politik
biasanya berkumpul pada diri seseorang. Dengan begitu, si penguasa tersebut
menguasai seluruh sumber daya yang memungkinkan melakukan kejahatan secara
struktural dengan menggunakan perangkat resmi negara. Aparatus negara digunakan
untuk menyakiti rakyat kecil, padahal aparatus negara itu juga berasal dari
orang-orang kecil.
Demokrasi liberal prosedural
saat ini hanya menguntungkan mereka yang mempunyai uang dan menggerakkan
preman. Karena itu, di berbagai lembaga negara penuh dengan preman, pencuri,
dan perampok. Mereka adalah penjahat kelas kakap. Mereka tidak hanya tidak tahu malu, tetapi memang
mereka hanyalah hewan berwajah manusia.
Sayangnya, mereka yang harus
dihukum mati di depan umum ini masih dihormati dan disanjung-sanjung. Sehingga
yang memberi hormat dan yang dihormati sama-sama adalah manusia dengan
pribadi-pribadi yang aneh, pribadi yang terbelah. Tidak bisa membedakan
kejahatan dan kebaikan, sehingga tidak bisa juga membedakan orang jahat dan
orang baik.
Sedikit sekali mereka yang
memiliki kekuasaan peduli pada rakyat kecil. Karenanya, arena pembangunan yang
seharusnya membebaskan manusia dari kemiskinan dan kebodohan, justru sebaliknya
menjadi lahan eksploitasi terhadap rakyat kecil yang dilakukan oleh para
penguasa. Rakyat kecil semakin miskin karena proses yang sistematis dan
struktural.
Selama ini struktur dan sistem
sosial hanya menciptakan jurang semakin lebar, yang kaya semakin kaya,
sedangkan yang miskin semakin melarat. Jika orang menjadi kaya karena kerja
keras dan proses kreatif-inovatif pada dirinya, maka acungan jempol harus
diberikan kepadanya. Sebaliknya, jika orang menjadi kaya karena menjadi “tukang
sunat” di proyek-proyek negara, mengeksploitasi buruh dan orang miskin, maka dia
harus dilawan secara bersama-sama.
Mereka yang melakukan kejahatan
terhadap kemanusiaan, di mana saja dan kapan saja, harus dilawan secara bersama-sama
dengan menggunakan semua instrumen dan cara yang ada. Dengan begitu, semua
pihak berkontribusi pada upaya perbaikan sistem dan struktur sosial yang tidak
adil, sistem dan struktur yang semakin memiskinkan rakyat kecil.
Kumpulan tulisan dalam buku
tipis ini adalah sedikit potret buram dari pembangunan yang memiskinkan itu.
Tulisan-tulisan dengan berbagai tema yang ditulis oleh penulis yang memiliki
latar belakang berbeda ini, dimaksudkan untuk menyajikan beberapa data dan
informasi, yang mungkin sangat berguna bagi siapa saja yang menginginkan
perbaikan-perbaikan agar membuat bumi ini lebih adil.
Kami sebagai editor mengucapkan
terima kasih kepada kawan-kawan penulis yang menyumbangkan tulisannya untuk
penerbitan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi mereka yang membacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar