Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau, garis pantai
sepanjang 81.000 km, dan luas lautan 5,8 juta km (75 % dari total luas wilayah
Indonesia). Potensi pesisir, pulau-pulau, dan lautan sangat besar, yang terdiri
dari sumber daya hayati dan non-hayati. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) laut tersebut sangat berlimpah,
sehingga tidak heran jika negara ini dikenal sebagai Negara Maritim.
Apalagi
Indonesia memiliki pulau-pulau kecil berada pada posisi terluar sebanyak 92
pulau, sedangkan 67 pulau diantaranya yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga sebagai pulau-pulau kecil
perbatasan, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, Australia, India,
Timor Leste, Filipina dan Papua Nugini.
Oleh karena itu, keberadaan Indonesia sebagai
Negara Maritime harus didukung oleh semua pihak. Apalagi program Presiden Joko
Widodo - Jusuf Kalla yang baru saja dilantik termasuk para menteri untuk
memperkuat pekerjaan tersebut. Bahkan Kabinet Kerja yang sengaja diambil
sebagai satu nama dan menambah lembaga baru yaitu adanya Kementerian Maritim
untuk memperkuat sektor kelautan dan perikanan.
Keinginan
Joko Widodo – JK ini untuk memperkuat sektor kemaritiman merupakan harapan baru
bagi bangsa ini. Bahkan Menteri Luar Negeri ingin memperkuat poros maritim
sehingga Negara ini dapat “disegani” oleh dunia. Bukan hanya itu tapi juga
menteri Kelautan dan Perikanan juga akan mendata kapal-kapal nelayan yang
beroperasi di perairan Indonesia, sehingga kedepan kapal-kapal asing dapat
terdeteksi karena selama ini marak pencurian ikan yang dilakukan oleh
nelayan-nelayan asing. Bahkan kerugian Negara akibat pencurian ini diperkirakan
Rp 100 triliun lebih setiap tahunnya, sehingga ini sangat penting untuk
dilakukan pembenahan disana-sini.
Pasalnya,
sumber
daya hayati, khususnya perikanan, merupakan salah satu sumber daya penting,
baik untuk produksi pangan, bahan baku industri, obat-obatan, dan lain-lain.
Sumber daya perikanan merupakan sektor ekonomi di mana masyarakat pesisir
bergantung. Karenanya, potensi ini harus
dimanfaatkan secara optimal agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pesisir, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan pemasukan devisa negara.
Olehnya
itu, tidak salah jika pemerintahan baru ini melalui Kabinet Kerja Jokowi-JK
berupaya untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang ada, karena
sebagai negara kepulauan berarti kekuatan ekonomi berada pada wilayah pesisir
dan laut, sehingga itu wajib untuk diperhatikan atau diberi perhatian khusus.
Sebab masa depan ekonomi maritim cukup menjanjikan bila dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik, disamping melakukan penguatan personil termasuk
sarana dan prasarana yang memang bertugas dibidangnya untuk menjaga wilayah
laut.
Sayangnya, nelayan yang merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) utama
dalam pemanfaatan sumber daya perikanan pun hidup dalam kondisi yang
mengenaskan. Dengan jumlah nelayan yang diperkirakan 3,5 juta orang, mereka
sering disebut sebagai masyarakat termiskin di antara masyarakat miskin (the
poorest of the poor). Nelayan hidup di desa-desa pesisir dan pulau-pulau
yang minim sarana dan fasilitas publik, sementara mereka harus bekerja keras
untuk menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat kota.
Pasalnya,
sebagai bangsa bahari tentunya kita malu jika menyia-nyiakan sumber daya alam
yang ada tanpa bisa berbuat sesuatu. Padahal potensi itu cukup menjanjikan dan
memperbaiki perekonomian di negeri ini. Tidak salah jika kita perlu kembali
untuk membangkitkan, menggugah, dan membangun semangat bangsa Indonesia untuk
mengenali dan memahamai bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia yang bercirikan nusantara. Disamping itu, juga mengembangkan pemahaman
wawasan kelautan (kebaharian) bagi bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan
negara kelautan yang kuat, maju, mandiri dan jaya.
Olehnya
itu, poros maritim ini bukan hanya pada segi pengelolaan semata akan tetapi
mulai dari pengamanan aparat yang bertugas dalam penjagaan di wilayah perairan
Indonesia. Sebab pencurian ikan
tergolong cukup besar setiap tahunnya. Jika hal itu dapat dilakukan tentunya
pencurian ikan tidak akan terjadi lagi.
Adanya keinginan pemerintah ini untuk
memperkuat sektor maritim maka ini harus menunjukkan keseriusan dalam memenuhi
kebutuhan di lapangan. Sebab kurangnya kapal patroli dan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkecimpung didalamnya merupakan salah satu kendala dalam
mengamankan wilayah laut yang penuh dengan kekayaan alam.
Kalau hal itu terwujud maka kerugian
Negara yang berjumlah seratus triliun lebih itu bisa dimanfaatkan dan bisa
dipakai dalam membangun Negara ini. Memang diakui bahwa untuk melengkapi
peralatan pengamanan laut maka kapal-kapal patroli harus disiapkaan meski harus
mengeluarkan modal untuk membelinya, tapi itu hanya sekali mengeluarkan anggaran
tapi hasilnya bisa membangun negara ini jauh lebih baik lagi.
Bisa dibayangkan kalau setiap tahunnya
dicuri sumber daya laut kita ini lalu bangsa ini tidak bisa berbuat sesuatu, padahal
korupsi jalan terus sehingga negara dirugikan belipat-lipat kali. Memang ada
yang setuju jika melengkapi alat patroli di laut, tapi ada pula yang menentang
karena memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Tapi menghasilkan uang yang
banyak dari pada mengadakan sesuatu yang tidak menghasilkan ditambah lagi
korupsi jalan terus sehingga Negara ini akan semakin hancur.
Dengan adanya program pemerintah untuk
memperkuat sektor kelautan dan maritim ini, maka harapan baru bagi bangsa
Indoensia lima tahun ke depan. Sebab tanpa adanya keinginan orang nomor satu di
negeri ini maka bangsa ini pun tetap seperti sekarang. Mudah-mudahan dengan
Kabinet Kerja Jokowi-JK bisa memberikan angin segar bagi bangsa dan Negara yang
jauh lebih baik. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar